Jumat, 19 Juli 2013

obesitas



Pendahuluan

Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas selain itu faktor genetik juga berperan penting dalam penentuan obesitas.
            Berbagai upaya untuk menurunkan berat badan telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus. Namun jika tidak didukung dengan konsep keluarga yang mengatur pola makan dengan baik, maka upaya-upaya tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan. Jadi Peran keluarga dalm pengaturan pola makan serta dukungan yang diberikan sangat berperan penting dalam proses penurunan berat badan pasien



Tinjauan Teori

5.1. DEFENISI DAN  KELAINAN-KELAINAN HEREDITAS
5.1.1 Defenisi Hereditas
Hereditas adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA) atau secara sosial melalui pewarisan gelar, atau status sosial.
5.1.2 Kelainan-Kelainan Hereditas
Penyakit keturunan (Hereditas) adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh lingkungan dan gaya hidupnya.
1.      Penyakit Cacat mental/imbisil, idiot atau debil.
·         Yaitu penyakit gangguan menta/kelainan mental,  dengan ciri-ciri :
§  Menunjukkan gejala kebodohan
§  Warna rambut dan kulit kekurangan pigmen.
§  Biasanya tidak berumur panjang.
§  Reaksi refleksnya sangat lambat.
§  Jarang mempunyai keturunan.

2.      Penyakit Albinisme
·         Yaitu penyakit kekurangan pigmen pada kulit sehingga kulit menjadi berwarna pucat/terang.
·         Orang yang menderita penyakit ini disebut ALBINO.

·         Ciri-ciri penyakit ini adalah :
§  Kulit dan rambut tidak berwarna.
§  Iris pada mata tidak berwarna.
§  Penglihatan yang sangat peka terhadap cahaya terang.
3.      Penyakit Diabetes mellitus
·         Yaitu merupakan penyakit sistem metabolisme tubuh manusia akibat rusaknya organ pancreas untuk menghasilkan hormone insulin.
·         Hormon insulin yang dihasilkan oleh organ pancreas ini berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah.

·         Ciri-ciri orang yang terkena penyakit diabetes mellitus adalah :
§  Mudah merasa  lapar dan haus.
§  Mudah mengantuk.
§  Kulit terlihat kering dan berkeriput.
§  Apabila terjadi luka, maka luka akan lama kering (sulit kering).

4.      Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Anak dikatakan obesitas jika bila beratnya lebih dari 20% dari berat idealnya.
Celakanya, faktor keturunan dapat memengaruhi terjadinya kegemukan.

Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas.

5.      Asma
Asma juga merupakan salah satu penyakit keturunan. Dari sebuah penelitian ditemukan, 30% penyakit asma diturunkan orangtua. 
Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibandingkan dengan bapak. Penelitian lainnya menyebutkan, orangtua penderita asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orangtua yang tidak asma, terlebih lagi bila si anak alergi terhadap tungau debu rumah.




6.      Alergi
Berdasarkan penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya alergi,
kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa tercetus karena faktor lingkungan. 
Faktor pencetus alergi dari luar ini disebut alergen, yang akan bekerja jika seorang anak membawa sifat alergi. Alergen ini sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu alergen hirup, makanan, dan alergen suntik. Pada alergen hirup, pemicunya paling banyak adalah tungau debu rumah, di samping serbuk sari. Reaksi alergi akibat tungau ini antara lain sesak nafas, bersin-bersin, atau batuk. Sedangkan alergen suntik disebabkan oleh gigitan serangga atau suntikan. Biasanya akan menimbulkan reaksi pada kulit, dan bentuknya bisa beragam.

7.      Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit turunan yang merupakan kelainan pembentukan sel darah merah. Pada thalasemia minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun ia hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Ada 25% kemungkinan pada setiap anak mereka untuk menderita thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan, seperti anemia, lemas, loyo, dan sering mengalami pendarahan.

    Penyakit /cacat yang terpaut pada kromosom X, yaitu :
1.      Color blind/cb atau Buta warna
·         Yaitu penyakit kelainan  pada mata yang ditentukan oleh gen resesif pada kromosom sex, khususnya  terpaut pada kromosom X.
·         Penyakit ini lebih banyak diderita oleh wanita yang memiliki kemungkinan terbesar, karena memiliki 2 buah kromosom X., bila dibandingkan dengan pria.
·         Untuk carrier hanya wanita yang memilki karena wanita memilki 2 buah kromosom X sedangkan pria langsung terkena penyakit dan tidak ada carrier.

Buta warna dibedakan 2 yaitu :
§  Buta warna parsial yaitu buta warna yang  tidak dapat membedakan warna-warna tertentu. Terutama warna-warna yangdapat diserap oleh sel conus yaitu merah, biru atau hiijau.
§  Buta warna total yaitu buta warna yang tidak dapat membedakan semua warna sehingga hanya terlihat warna gelap (hitam) dan warna terang (putih).
2.      Hemofilia
·         Yaitu penyakit sukar membekunya darah pada saat terjadinya luka.
·         Penyakit ini ditentukan oleh gen resesif yang terpaut pada kromosom sex yaitu kromosom X.
·         Penyakit ini banyak diderita oleh pria karena hanya mempunyai 1 buah kromosom X. Pada wanita penyakit ini hanya mempengaruhi sifat carrier atau pembawa sifat penyakit hemophilia/carrier hemophilia. Pada wanita, apabila ia terkena penyakti hemophilia maka tidak akan berumur panjang. Biasanya akan bersifat letal/kematian.

5.2. OBESITAS
5.2.1 Defenisi
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

            Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.


            Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
  Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
  Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk.

            Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak; kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76.
Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.


5.2.2 Etiologi
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
  1. Faktor genetik.
    Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
    Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
    Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  2. Faktor lingkungan.
    Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
    Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  3. Faktor psikis.
    Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
    Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

    Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

    Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
    Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.
    Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
  4. Faktor kesehatan.
    Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
    - Hipotiroidisme
    - Sindroma Cushing
    - Sindroma Prader-Willi
    - Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
  5. Obat-obatan.
    Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
  6. Faktor perkembangan.
    Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
    Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.
    Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.

5.2.3 Gambaran Klinis

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.

Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).

Sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.

Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

5.2.4 Cara Perhitungan Berat Badan Ideal
Mengukur lemak tubuh.

Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
  Underwater weight, pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
  BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
  DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh.

2 cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:
  Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang menyerupai forseps).
  Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.

Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.


Tabel berat badan-tinggi badan.

Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan.
Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.

Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.
Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.


Body Mass Index (BMI).

BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.
BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.

Klasifikasi
IMT (kg/m2)
BB kurang
< 18,5
BB normal
18,5 – 22,9
BB lebih
23
Preobesitas
23 – 24,5
Obesitas I
25 – 29,9
Obesitas II
> 30



5.3.  KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS OBESITAS

Komplikasi
Dampak obesitas, meliputi faktor resiko kardiovaskular, sleep apneu, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik yang berkaitan dengan obesitas, kelainan kulit serta gangguan psikiatrik. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita obesitas terangkum dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1. Komplikasi medis yang berhubungan dengan obesitas.
System
Komplikasi yang terjadi
gastrointestinal
Kolelitiasis, pankreatitis, hernia abdomen, GERD
Metabolik-endokrin
Metabolik syndrom, resistensi insulin, toleransi glukosa tergangu, DM tipe II, dyslipidemia, sindrom ovarium polikistik.
Kardiovaskuler
Hipertensi, penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif aritmia, cor pulmonale, stroke iskemik, thrombosis vena dalam, emboli paru
Respirasi
Abnormalitas fungsi paru, obstructive sleep apnea, sindrom hipoventilasi obesitas
Muskuloskeletal
Osteoarthritis, gout arthritis, low back pain
Ginekologi
Menstruasi abnormal, infertilitas
Genitourinaria
Urinary stress incontinence
Ophtalmologi
Katarak
Neurologi
Hipertensi intrakranial idiopatik (pseudotumor cerebri)
kanker
Esophagus, colon, empedu, prostat, payudara, uterus, cervix, ginjal
Perilaku dan kebiasaan makan yang baik merupakan cara terapeutik yang dianjurkan untuk menghindari obesitas. Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokan menjadi tiga, yaitu penekanan nafsu makan misalnya sibutramin, penghambat absobsi zat-zat gizi misalnya orlisat, dan kelompok lain termasuk leptin, octreotide, dan metformin. Belum tuntasnya penelitian tentang jangka panjang penggunaan farmakoterapi tersebut di atas yang dijinkan pemakaiannya pada anak oleh U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini.

5.4.  UPAYA PREVENTIV PADA OBESITAS
5.4.1 Pencegahan Primer
Pencegahan dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan remaja beserta orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko tinggi menjadi obesitas . Anak-anak yang berisiko menjadi obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau kedua orang tuanya obesitas dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat. 
Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain mempromosikan pemberian ASI ekslusif sampai usia 6 bulan terutama pada bayi yang secara genetik rentan untuk menjadi obesitas. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI jangka panjang serta menunda pemberian makanan pendamping ASI dapat membantu menurunkan prevalensi obesitas. Moran (1999) menganjurkan orang tua untuk menerapkan serta mengajarkan pola diet serta aktifitas yang sehat kepada anak-anaknya sebagai berikut.
·                     Hargai selera makan anak: jangan memaksa anak untuk menghabiskan setiap porsi makanan
·                     Bila mungkin hindari mengkonsumsi makanan siap saji atau makanan yang manis
·                     Batasi jumlah makanan berkalori tinggi yang disimpan di rumah.
·                     Sajikan menu sehat  dengan komposisi lemak lebih rendah dari 30% kalori total.
·                     Sajikan sejumlah serat dalam makanan anak.
·                     Susu skim dapat menggantikan susu sapi mulai usia 2 tahun.
·                     Jangan menyajikan makan sebagai penenang atau hadiah.
·                     Jangan mengiming-imingi permen sebagai hadiah menghabiskan makanan.
·                     Batasi waktu menonton televisi.
·                     Dorong agar anak aktif  bermain
·                     Jadwalkan kegiatan keluarga yang teratur seperti jalan-jalan, bermain bola, dan kegiatan di luar rumah lainnya
5.4.2 Pencegahan Sekunder
Jika seorang anak datang dengan keluhan obesitas, maka yang pertama kali perlu dipastikan apakah kriteria obesitas terpenuhi secara klinis maupun antropometris. Selanjutnya perlu ditelusuri faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi. Riwayat obesitas dalam keluarga serta pola makan dan aktifitas perlu ditelusuri.
Dampak obesitas pada anak harus dievaluasi sejak dini. Meliputi penilaian faktor risiko kardiovaskuler, sleep apnea, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik yang berkaitan dengan kelebihan beban, kelainan kulit, serta potensi gangguan psikiatri. Faktor risiko kardiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dengan penyakit jantung vaskular atau kematian mendadak dini (<55 tahun), dislipidemia (peningkatan kadar LDL-kolesterol >160mg/dL, HDL-kolesterol < 35mg/dL) dan peningkatan tekanan darah, merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya aktifitas fisik. Anak gemuk yang berkaitan dengan minimal tiga dari faktor-faktor risiko tersebut, dianggap berisiko tinggi. Skrining dianjurkan pada setiap anak gemuk setelah usia 2 tahun. Anak gemuk juga cenderung mengalami peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran jantung dibandingkan anak seusianya. Hipertensi ditemukan pada 20-30% anak gemuk. Dalam mengukur tekanan darah pada anak gemuk perlu memperhatikan penggunaan cuff yang sesuai. Merokok perlu ditanyakan pada remaja. Diabetes mellitus tipe 2 jarang ditemukan pada anak gemuk tetapi hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa hampir selalu ditemukan pada morbid obese. Tingkat aktifitas fisis anak juga perlu dievaluasi selain untuk menilai risiko kelainan kardiovaskuler juga untuk merancang aktifitas fisis dalam tatalaksana selanjutnya. Lamanya menonton televisi atau memainkan komputer/play station perlu di selidiki.
Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada obesitas, gejalanya mulai dari mengorok sampai mengompol (seringkali  diduga akibat DM type 2 atau diuresis osmotik). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang seringkali diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi. Sebagai kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokkan harinya dan hipoventilasi. Umumnya gejala berkurang seiring dengan penurunan berat badan dan/atau adenotonsilektomi.
 Non alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada 40% anak gemuk melalui skrining USG hati. Kadar enzim aminotransferase (AST dan ALT) merupakan indikator yang kurang sensitif, tetapi peninggiannya membantu penegakkan diagnosis. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi fibrosis hati atau bahkan menjadi sirosis. Penurunan berat badan akan menormalkan kadar enzim hati dan ukuran hati.
Kelebihan berat badan pada anak gemuk cenderung berisiko terhadap gangguan ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral epiphysis) terutama pada anak lelaki dan gejala tekanan berat badan pada persendian di ekstremitas bawah. Kegemukan menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit khususnya di daerah lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertrigo, dermatitis moniliasis dan acanthosis nigricans (kondisi yang merupakan petanda hipersensitifitas insulin). Sebagai tambahan, jerawat juga dapat muncul dan dapat memperburuk pesepsi diri si anak.
Masalah psikososial akan sangat berpengaruh pada penampilan. Pada anak dengan obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman sepermainan, memisahkan diri dari tempat bermain, tidak diikutkan dalam permainan serta hubungan sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial. Hal ini disebabkan oleh karena depresi, kurang percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena menjadi bahan ejekan teman-temannya.  Sejak dini, lingkungan menilai orang gemuk sebagai malas, bodoh, lamban. Hal ini perlu diperhatikan oleh dokter jangan sampai rencana pengobatan akan memperburuk rasa percaya diri yang rapuh tersebut.  
Pada anak usia sekolah juga terjadi penurunan prestasi belajar, dan pada remaja terutama wanita sering melakukan upaya untuk menurunkan berat badan, namun dilakukan dengan cara yang kurang tepat sehingga menimbulkan masalah gizi yang lain misalnya anemia ataupun defisiensi mikronutrien yang lain.
Pseudotumor serebri atau peningkatan tekanan intrakranial ringan pada obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukkan kadar karbondioksida. Gejalanya meliputi papiledema, kelumpuhan saraf kranial VI (rektus lateralis), diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer, dan iritabilitas .
Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada anak remaja semenjak 30 tahun yang lalu. Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas terjadi pada masa dewasa, remaja yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan dengam remaja lainnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa.
5.4.3 Pencegahan Tertier
Tata laksana komprehensif obesitas mencakup penanganan obesitas dan dampak yang terjadi. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi. Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, merubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan  yang terpenting adalah keterlibatan keluarga dalam proses terapi.
a.                  Pengaturan diet
Mengingat anak masih bertumbuh dan berkembang maka prinsip pengaturan diet pada anak gemuk adalah diet seimbang. Cara yang dilakukan adalah dengan intervensi diet. Pada anak sulit melakukan hal ini, karena anak tidak mau mengerti mengapa makanannya harus dikurangi atau dibatasi, atau mengapa makanan yang dulu boleh sekarang dilarang. Pengaturan makan yang baik diperlukan untuk mengurangi kendala tersebut dan peran seorang ahli gizi sangat penting. Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan umur dan tinggi badannya. Kemudian membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.  Satu contoh cara pengaturan diet untuk anak yaitu ‘the traffic light diet’. Pada program ini terdapat green food yaitu makanan rendah kalori dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan kandungan kalori sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red food yaitu mengandung lemak dan kalori kadar tinggi agar tidak dimakan atau hanya sekali dalam seminggu. Dalam pengaturan kalori perlu diperhatikan tentang:
·                     Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal. Pengurangan kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 10% di atas berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak bertambah, karena pertumbuhan linier masih berlangsung.
·                     Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan jenis makanan harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengkonsumsi makanan yang tidak disukai.
·                     Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik, hormonal dan colonic. Ketiga mekanisme tersebut  selain menurunkan asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5) g  per hari.

b.                  Pengaturan aktifitas fisik.
Cara yang dilakukan adalah melakukan latihan dan meningkatkan aktifitas harian. Aktifitas fisik mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penggunaan energi. Dikatakan juga bahwa peningkatan aktifitas pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya dengan diet saja.
Ilyas EI, membahas kebugaran pada anak obesitas. Latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Pada umur 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk memulai dengan ketrampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam, sepakbola, basket. Mulai usia 10 tahun anak mulai menyukai olahraga dalam bentuk kelompok. Perbedaan antara anak perempuan dan lelaki lebih jelas.
Aktifitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau bersepeda kesekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain games komputer, menganjurkan bermain di luar rumah. Dianjurkan melakukan aktifitas fisik sedang selama 20-30 menit setiap hari.

c. Modifikasi perilaku.
Tata laksana diet dan latihan fisik merupakan komponen yang efektif untuk pengobatan, dan menjadi perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk mendapatkan bagaimana memperoleh perubahan makan dan aktifitas perilakunya. Karena prioritas utama adalah perubahan perilaku maka perlu menghadirkan peran orangtua sebagai komponen intervensi.
Beberapa cara pengubahan perilaku tersebut diantaranya adalah: 
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan aktifitas fisik, serta  mencatat perkembangannya.
b.   Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton televisi dicegah untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan sedapatnya semua stimulus disekitar anak yang dapat merangsang keinginan untuk makan
c.    Mengubah perilaku makan, misalnya pasien yang makannya cepat dianjurkan untuk lebih lambat, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengurangi makanan camilan.
d.   Penghargaan dan hukuman, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya. Misalnya memakan makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat badan turun, mau melakukan olahraga.
e.    Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi.

d. Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru
Faktor yang mempengaruhi obesitas pada remaja adalah sama seperti pada orang dewasa. Orangtua seringkali memperhatikan bahwa obesitas adalah hasil dari jenis penyakit endokrin, seperti hipertiroid, tetapi beberapa gangguan jarang menjadi penyebab. Anak remaja dengan pertambahan berat badan yang disebabkan oleh gangguan endokrin biasanya berperawakan pendek dan memiliki tanda lain pada kondisi yang mendasarinya. Kebanyakan remaja yang obesitas hanya karena makan terlalu banyak dan sedikit berolahraga. Karena stigma masyarakat melawan obesitas, banyak remaja obesitas memiliki gambar diri kurang dan menjadi tambah pendiam dan terisolasi secara sosial.
Peran orangtua dalam mengobati anak telah terbukti efektif dalam penurunan berat badan atau keberhasilan pengobatan. Orangtua menyediakan nutrisi yang seimbang, rendah lemak dan sesuai dengan petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung keberhasilan anak. Dengan kata lain mereka merupakan bagian dari keseluruhan program komprehensif tersebut. Guru dan teman sekolah juga diharapkan ikut mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan pujian bila anak yang gemuk berhasil mengikuti program diet atau menurunkan berat badannya, sebaliknya tidak mengejek anak gemuk.

e. Terapi intensif
Diterapkan pada obesitas  anak dan remaja yang disertai penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Terapi intensif terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Terapi diet berkalori sangat rendah diindikasikan jika berat badan >140% BB Ideal (superobesitas). Protein-sparing modified fast (PSMF) adalah formula diet berkalori sangat rendah yang paling sering diterapkan. Diet PSMF membatasi asupan kalori hanya 600-800 kalori/hari. Selain itu dianjurkan mengkonsumsi protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin dan mineral serta minum lebih dari 1,5 L cairan per hari. Secara umum, diet ini hanya boleh diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Risiko PSMF adalah terbentuknya batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik, halitosis dan diare.
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu makan misalnya sibutramin, penghambat absorbsi zat-zat gizi misalnya orlistat, dan kelompok lain-lain termasuk leptin, octreotide, dan metformin. Belum tuntasnya penelitian tentang efek jangka panjang penggunaan farmakoterapi obesitas pada anak, menyebabkan belum ada satupun farmakoterapi tersebut diatas yang dijinkan pemakaiannya pada anak oleh U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini .
Terapi bedah diindikasikan jika berat badan > 200% BB ideal. Prinsipnya ada dua, yang pertama adalah untuk mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat pengosongan lambung. dengan cara gastric banding dan vertical-banded gastroplasty. Prinsip kedua adalah mengurangi  absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum cukup banyak diteliti manfaat serta bahaya pembedahan jika diterapkan pada anak .
 Intervensi untuk remaja yang obesitas harus memfokuskan pada pembentukan makanan kesehatan dan kebiasaan berolahraga dibandingkan menghilangkan berat badan dalam jumlah tertentu. Asupan kalori dikurangi dengan mempertahankan makanan seimbang pada makanan hari-hari, membuat perubahan tetap pada kebiasaan makan, dan meningkatkan aktifitas fisik. Camp musim panas untuk remaja obesitas biasanya membantu mereka menghilangkan jumlah berat badan yang signifikan, namun tanpa usaha melanjutkan, berat badan biasanya kembali lagi. Konseling membantu remaja menghadapi masalah mereka, termasuk kurang mengagumi diri sendiri, bisa membantu.  
Obat-obatan yang mengurangi berat badan biasanya tidak digunakan selama remaja karena memperhatikan mengenai keselamatan dan kemungkinan penyalahgunaan. Salah satu pengecualian untuk remaja obesitas dengan sejarah kesehatan keluarga yang kuat pada diabetes jenis 2 ; mereka yang beresiko tinggi terkena diabetes. Obat metformin, yang digunakan untuk mengobati diabetes, bisa membantu mereka menghilangkan berat badan dan juga memperkecil resiko menjadi diabetes.


5.5. KONSEP KELUARGA DAN GAYA HIDUP SEHAT.

5.1. Konsep Keluarga (Peran Keluarga).
            Prinsip penatalaksanaan Obesitas adalah mengurangi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi. Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisik, memodifikasi perilaku, dan yang terpenting adalah keterlibatan keluarga dalam proses terapi.
            Untuk mengatur diet, yang perlu diperhatikan adalah pemberian diet yang seimbang sesuai dengan Recommended Dietary Allowance (RDA), dengan cara menintervensi diet anak. Salah satu contoh cara pengaturan diet untuk anak yaitu the traffic light diet. Pada program ini terdapat tiga golongan makanan, yaitu:
1.   Green food. Makanan rendah kalori dan rendah lemak yang boleh dikonsumsi dengan bebas.
2.   Yellow food. Makanan rendah lemak namun dengan kalori sedang yang boleh dimakan namun terbatas.
3.   Red food. Makanan mengandung lemak dan kalori kadar tinggi yang tidak boleh dimakan sama sekali atau hanya seminggu sekali.
           
            Dalam pengaturan kalori yang perlu diperhatikan adalah:
1.   Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.
2.   Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein 15-20%.
3.   Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik, hormonal dan kolonik.

            Untuk pengaturan aktivitas fisik, cara yang dilakukan adalah latihan dan meningkatkan aktivitas harian. Aktivitas fisik berpengaruh bermakna terhadap penggunaan energi. Peningkatan aktivitas pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan pengurangan asupan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih besar dibandingkan hanya dengan diet biasa. Latihan fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik, dan umurnya. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik-turun tangga, mengurangi lama menonton televisi, atau bermain games komputer, menganjurkan bermain di luar rumah.

Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru telah terbukti efektif dalam penurunan berat badan atau keberhasilan terapi. Peran tersebut dapat berupa:
1. Menyediakan nutrisi yang sesuai dengan petunjuk ahli gizi.
2. Berpartisipasi mendukung program diet.
3. Memberikan pujian bila anaknya berhasil menurunkan berat badannya.

            Untuk modifikasi perilaku, tatalaksana diet dan aktivitas fisik merupakan komponen yang efektif untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling penting bagi ahli fisiologi untuk mendapatkan bagaimana memperoleh perubahan makan dan aktivitas perilakunya. Beberapa cara perubahan perilaku tersebut diantaranya:
1. Pengawasan terhadap berat badan, masukan makanan, dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya.
2. Kontrol terhadap rangsangan stimulus.
3. Mengubah perilaku makan.
4. Penghargaan dan hukuman dari orangtua.
5. Pengendalian diri.

Pada program manajemen berat badan, terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program penurunan berat badan apapun.
Sebelum menganjurkan defisit kalori sebesar 500 hingga 1000 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi basal dengan menggunakan rumus dari Harris-Benedict :
·         Laki-laki :
BMR = 66,5 + (13,75 x kg) + (5,003 x cm) – (6,775 x age)
·         Wanita :
BMR = 655,1 + (9,563 x kg) + (1,85 x cm) – (4,676 x age)
Kemudian hasil BMR (Basal Metabolic Rate) dikali dengan jumlah faktor stress dan aktivitas untuk menentukan kebutuhan total kalori, dengan konstanta berikut:
1. Bila hanya bersantai-santai (sedikit atau tidak ada olahraga): BMR x 1,2
2. Bila aktivitas ringan (olahraga 1-3 hari/minggu): BMR x 1,375
3. Bila aktivitas sedang (olahraga 3-5 hari/minggu): BMR x 1,55
4. Bila aktivitas tinggi (olahraga 6-7 hari/minggu): BMR x 1,725
5. Bila memiliki aktivitas berat (pekerja keras): BMR x 1,9

Maka sebagai anjuran, kalori yang dibutuhkan oleh pasien pada skenario yaitu
B.E.E = 655,1 + (9,563 x kg) + (1,85 x cm) – (4,676 x age)
        = 655,1 + (9,563 x 85) + (1,85 x 160) – (4,676 x 15)
        = 655,1 + 812,855 + 296 – 70,14
        = 1693,815 x 1,2
        = 2032,578 kkal/hari
Lalu diet yang diberikan adalah sekitar 1500 kkal/hari. Dengan demikian, pasien akan mengalami penurunan berat badan ½ sampai 1 kg/minggu(tergantung dari aktivitas) dan penurunan sebesar 10% dalam 6 bulan.
Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan lazimnya akan melambat dan berat badan menetap karena seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi penurunan energi ekspenditure.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik.
Untuk pasien yang tidak mampu untuk mencapai penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang paling penting. Pasien seperti ini tetap diikutsertakan dalam program manajemen berat badan.


5.2. Gaya Hidup Sehat.
5.2.1. Pola Konsumsi Gizi Seimbang.
Konsumsi gizi secara seimbang merupakan wujud perilaku masyarakat yang memahami dan mengonsumsi makanan sesuai dengan konsep dasar dan pedoman gizi seimbang. Di Indonesia, selama bertahun-tahun tepatnya sejak 1950, slogan “4 sehat 5 sempurna” menjadi pedoman utama dalam konsumsi gizi seimbang. Namun, berdasarkan Kongres Gizi Internasional di Roma pada 1992, direkomendasikan pedoman penting dalam perilaku gizi seimbang. Rekomendasi yang dianjurkan kepada setiap negara itu dikenal sebagai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Sosialisasi PUGS pun mulai dilakukan dengan konsep “4 sehat 5 sempurna” menjadi salah satu bentuk implementasinya, meskipun dalam perkembangannya tercipta pro dan kontra terhadap konsep “4 sehat 5 sempurna”. Dalam konsep tersebut, susu dikatakan sebagai “penyempurna” menu 4 sehat. Konsep ini pun sering diinterpretasikan sebagai pengagungan susu karena bernilai gizi tinggi, sekaligus penilaian terhadap bahan makanan lain yang bergizi rendah.
Dengan PUGS, konsep penilaian gizi berdasarkan pengagungan zat gizi tertentu mendapatkan penyempurnaan. Kualitas gizi makanan terbentuk dari ketergantungan antar-zat gizi berbagai jenis makanan. Dengan peran dan fungsi berbeda, perpaduan setiap jenis makanan memberikan asupan gizi yang seimbang, sekaligus manfaat kesehatan bagi tubuh. Jika menilik asal katanya, zat gizi harus dapat memberikan manfaat kesehatan. “Gizi” diambil dari bahasa Arab, Al-gizzai, yang berarti makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Pola konsumsi gizi seimbang harus mencakup lima kelompok gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Sebaiknya, kelima zat gizi tersebut dapat terpenuhi dalam jumlah cukup, tidak berlebihan ataupun kekurangan. Kecukupan zat gizi hanya dapat terpenuhi dengan mengatur komposisi berbagai jenis bahan makanan. Secara alami, setiap jenis makanan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal kandungan gizinya.
Oleh karena itu, asupan gizi seimbang tidak dapat diperoleh hanya dari satu jenis makanan, melainkan harus dibuat kombinasi aneka bahan makanan sehingga kandungan gizi setiap jenis makanan saling melengkapi. Misalnya, agar dapat terserap tubuh secara optimal, vitamin A memerlukan lemak sebagai pelarut yang mengangkutnya ke seluruh tubuh. Kecukupan vitamin C yang dibutuhkan tubuh juga digunakan untuk membantu penyerapan zat besi. Selain kelima gizi utama, proses faal dalam tubuh juga membutuhkan asupan cairan dan serat yang cukup.
Utuk menerapkan konsumsi gizi seimbang sehari-hari, PUGS telah menguraikan paduannya dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:
1.   Makanlah aneka ragam makanan.
2.   Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3.   Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4.   Batasi konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kecukupan energi.
5.   Gunakan garam beryodium.
6.   Makanlah makanan sumber zat besi.
7.   Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI eksklusif) kepada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) setelahnya.
8.   Biasakan sarapan pagi.
9.   Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.
10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.
11. Hindari minuman beralkohol.
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah label pada kemasan.

5.2.2. 7 Pola Hidup Sehat Shinya.
1.   Menu makan yang baik.
a. 85-90% makanan nabati.
·         50% biji-bijian utuh, beras cokelat, pasta yang terbuat dari gandum utuh, jelai, sereal, roti yang terbuat dari gandum utuh, dan polong-polongan termasuk kacang kedelai, kacang merah, kacang garbanzo, lentil, kacang pinto, kacang dara, kacang hitam, putih, dan merah muda.
·         30% sayuran hijau dan kuning serta umbi-umbian, termasuk kentang, wortel, ubi jalar dan bit, serta sayuran laut.
·         5-10% buah-buahan, biji, dan kacang.
b. 10-15% protein hewani (tidak lebih dari 85-115 gram per hari).
·         Ikan jenis apa pun, tetapi sebaiknya ikan kecil karena ikan yang lebih besar mengandung merkuri.
·         Unggas, sedikit saja.
·         Sapi, kambing, domba. Harus dibatasi atau dihindari.
·         Telur.
·         Susu kedelai, keju kedelai, susu beras, susu almond.
2.   Air yang baik.
Konsumsi air yang memiliki kekuatan reduksi yang besar, yang belum terpolusi oleh zat-zat kimia. Menonsumsi “air yang baik” seperti air mineral atau air sadah, yang mengandung banyak kalsium dan magnesium, menjaga tubuh pada PH basa yang optimal.
·         Orang dewasa sebaiknya minum setidaknya 6-10 gelas air setiap hari.
·         Minumlah 1-3 gelas air setelah bangun tidur pada pagi hari.
·         Minumlah 2-3 gelas air sekitar 1 jam sebelum setiap waktu makan.
3.   Pembuangan yang teratur.
·         Mulailah suatu kebiasaan harian untuk menyingkirkan polutan dari usus dan untuk secara teratur membersihkan sistem tubuh.
·         Jangan gunakan obat pencahar.
·         Jika pergerakan usus lambat atau untuk menyingkirkan racun dari hati, pertimbangkan untuk menggunakan enema kopi. Enema kopi lebih baik untuk detoksifikasi usus besar dan untuk detoksifikasi seluruh tubuh karena tidak melepaskan radikal bebas ke dalam aliran darah, seperti halnya beberapa metode detoksifikasi yang lain.
4.   Olahraga secukupnya.
·         Olahraga yang sesuai dengan usia dan kondisi fisik penting untuk kesehatan, tetapi olahraga secara berlebihan dapat melepaskan radikal bebas dan membahayakan tubuh.
·         Beberapa jenis olahraga yang bagus adalah berjalan kaki (4 km), berenang, tenis, bersepeda, golf, penguatan otot, yoga, seni bela diri, dan aerobik.
5.   Istirahat yang cukup.
·         Tidur pada waktu yang sama setiap malam dan dapatkan 6-8 jam tidur tanpa terputus.
·         Jangan makan 4-5 jam sebelum pergi tidur. Jika lapar, sepotong kecil buah boleh dimakan 1 jam sebelum tidur karena buah cepat dicerna.
·         Tidur singkat pada siang hari (sekitar 30-60 menit).
6.   Pernapasan.
·         Duduk diam dan amati keluar-masuk pernafasan.
·         Berpikirlah positif.
·         Tarik napas dalam-dalam dari perut 4 atau 5 kali per jam. Membuang napas harus 2 kali lebih panjang daripada menarik napasnya. Ini sangat penting karena menarik napas-dalam membantu menyingkirkan racun dan radikal bebas dari dalam tubuh.
·         Kenakan pakaian longgar yang tidak menyesakkan napas.
·         Dengarkan tubuh anda sendiri dan perlakukan diri anda baik-baik.
7.   Kebahagiaan dan cinta.
·         Kebahagiaan dan cinta akan meningkatkan faktor enzim tubuh, terkadang bagai keajaiban.
·         Luangkan waktu setiap hari untuk sikap menghargai.
·         Tertawalah, menyanyilah, menarilah.
·         Hiduplah dengan penuh gairah dan hadapi hidup, pekerjaan, dan orang-orang yang anda cintai dengan sepenuh hati.

Tambahan mengenai makanan:
1.   Berhenti makan 4-5 jam sebelum tidur.
2.   Kunyah dengan baik dan sempurna setiap suapan (30-50 kali).
3.   Jangan makan pada sela-sela waktu makan kecuali makan buah utuh (sepotong buah utuh boleh dimakan 1 jam sebelum tidur jika rasa lapar membuat anda tidak bisa tidur karena buah utuh cepat dicerna).
4.   Makan buah atau minum jus 30-60 menit sebelum waktu makan.
5.   Konsumsi biji-bijian dan sereal utuh yang tidak digiling.
6.   Konsumsi lebih banyak makanan nabati yang mentah atau dikukus sebentar. Memanaskan makanan lebih dari 48oC akan membunuh enzim.
7.   Jangan makan makanan yang teroksidasi.
8.   Konsumsi makanan fermentasi.
9.   Jaga disiplin dengan makanan yang disantap.

Makanan dan bahan-bahan yang harus dihindari atau dibatasi dalam menu makan:
1.   Susu sapi dan produk-produk susu sapi seperti keju, yoghurt, produk-produk susu hewani lainnya.
2.   Teh hijau jepang, teh china, teh hitam inggris (batasi hanya 1-2 cangkir/hari).
3.   Kopi.
4.   Gula dan hasil olahan gula.
5.   Nikotin.
6.   Alkohol.
7.   Margarin, minyak dan lemak hewani (kecuali ikan).
8.   Garam meja biasa (gunakanlah garam laut yang mengandung mineral).