Jumat, 19 Juli 2013

lansia



TINJAUAN TEORI

5.1.     DEFENISI LANSIA DAN KELAINAN-KELAINAN PADA LANSIA

5.1.1.     Defenisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik, mental dan sosial.
Menurut WHO (1988) pengelompokan lansia terdiri dari :
1.       Midle age disebut juga sebagai pra lansia yang berumur 45-59 tahun
2.       Ederly, lansia yang berumur 60-74 tahun
3.       Old age yaitu lansia yang berumur 75-90 tahun
4.       Very old lansia yang berumur diatas 90 tahun
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1.            Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2.            Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3.            Gigi mulai lepas (ompong)
4.            Penglihatan dan pendengaran berkurang
5.            Mudah lelah dan mudah jatuh
6.            Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
            Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1.            Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2.            Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja terjadi
3.            Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4.            Sulit menerima ide-ide baru
5.1.3. Undang undang Tentang Lansia
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam pasal 1 dijelaskan Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang berbunyi :

1.      Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
2.      memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaikbaiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
3.      Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.
4.      Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
5.      Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
6.      Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi sosial dan/atau organisasi kemasyarakatan.
7.      Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya beserta kakek dan/atau nenek.
8.      Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
9.      Bantuan Sosial adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak tetap agar lanjut usia potensial dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.
10.  Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial adalah upaya perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut usia dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.
11.  Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
12.  Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan fisik, mental spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan 
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, meliputi :
a.    Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, antara lain adalah pembangunan sarana ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia.
b.      Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang pelayanan geriatrik/gerontologik.
c.       Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
d.      Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, yang dalam hal ini pelayanan administrasi pemberintahan, adalah untuk memperoleh Kartu Tanda Penduduk seumur hidup, memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket untuk tempat rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Selain itu juga diatur dalam penyediaan aksesibilitas lanjut usia pada bangunan umum, jalan umum, pertamanan dan tempat rekreasi, angkutan umum.  Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan diatur lebih lanjut oleh Menteri sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
5.1.2.     Karakteristik Penyakit Lansia Di Indonesia
1.      Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
2.      Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
3.      Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
4.      Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
5.      Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
6.      Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
7.      Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
8.      Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb.

5.1.3.     Penyakit Yang Sering Terjadi Pada Lansia
Selain gangguan-gangguan diatas, ada tujuh penyakit kronik yang sering dialami oleh lansia yaitu :


a.        Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
b.        Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
c.         Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
d.        Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
e.         Demensia
Demensia adalah sebuah sindrom karena penyakit otak,  bersifat kronis atau progresif di mana ada banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar, kemampuan, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif yang biasanya disertai, kadang-kadang didahului, oleh kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi.

Patofisiologi Demensia
Mekanisme terjadinya demensia belum jelas sepenuhnya. Beberapa hipotesis tentang pathogenesis demensia yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut :
1.      Genetik
2.      Toksik dan infeksi
3.      Vaskuler dan metabolic
4.      Neurotransmiter :hipotesis kolinergik dan involusi neurotransmiter lain.

Beberapa faktor yang bertanggung jawab terhadap munculnya demensia adalah :
1.      Gangguan neurotransmiter
2.      Gangguan aliran darah otak
3.      Gangguan metabolisme neuron
4.      Patologi neuron
5.      Gangguan homeostasis kalsium (Ca +)
Tetapi mekanisme mana yang dominan,masih menjadi perdebatan para ahli.
            Menurut taternichi, pada demensia terjadi gangguan aktifitas neurotransmiter terutama system kholinergik, noradrenergic dan serotenergik, baik di substansia alba maupun di substania nigra. Lintasan system-sistem neurotransmiter ini kebanyakan mempunyai badan sel di daerah basal dan aksonnya mengalami beberapa kali sinapsis untuk kemudian berakhir pada berbagai area dikorteks serebri, hipotalmus dan system limbik. Oleh karena itu lesi-lesi terutama yang melibatkan region spesifik untuk  fungsi serebral tinggi (higher cerebral function) berperan dalam munculnya demensia. Daerah tersebut terutama adalah :
a.       Area posterior serebrum
b.      Area arteri serebri posterior termasuk talamus dan lobus temporalis inforemesial
c.       Area yang mendapat vaskularisasi dari arteri karotis distal,termasuk region frontalis superior dan parietalis.
Gangguan pada aktifitas neurotransmiter yang terjadi pada demensia rupanya merupakan akibat dari berbagai proses patologik pada sel-sel otak baik pada demensia Alzheimer maupun vaskuler. Neurotransmiter yang terlibat adalah sitem kholinergik ,noradrenergik, serotenergik.
            Kesimpulan sementara dari hipotesis ini adalah bahwa sangat mungkin merupakan gabungan dari berbagai factor seperti genetic, infeksi, tostik, traumatik, vaskuler, yang mengakibatkan perubahan pada neuron kunci. Neuron-neuron ini mungkin secara genetik menjadi target predisposisi terhadap berbagai faktor. Karena perubahan patologik pada gen atau perubahan yang terjadi pada saat evolusi dan/atau diferensiasi. Kemungkinan lain adalah bahwa neuron-neuron ini secara genetik merupakan predisposisi untuk mengalami disfungsi. Dikatakan bahwa neuron-neuron yang beresiko tinggi itu adalah neuron batang otak dan basal forebrain (disebut sebagai isodentritic core), disfungsi dari neuron-neuron ini menimbulkan disfungsi sekunder dari neuron kortikal. Akibat perubahan pengolahan kholin sebagai elemen struktur membran sel dan sebagai elemen dari neurotransmitter, maka neuron-neuron yang lebih terlibat adalah neuron kholinergik. Tetapi perubahan primer dapat beralih ke neuron kortikal, oleh karena serabut-serabut eferennya meregulasi aktifitas neuron kortikal. Bila neuron-neuron dari sebagian isodentric core terganggu  fungsinya sebagai akibat perubahan yang terjadi, maka muncul sirkuit patologis yang akan lebih mempercepat proses involusi.
            Sedangkan peranan neurotransmiter dalam proses belajar, mengingat, kewaspadaan dan proses lain diajukan hipotesis bahwa tampaknya terdapat saling keterkaitan antara beberapa macam neurotransmiter lebih dominan dalam suatu proses, namun kurang dominan dalam proses lain. Untuk proses belajar dan mengingat peranan astetilkholin dominan sedangkan neurotransmiter lain hanya ikut berperan.

Klasifikasi
a.              Menurut Umur :
1.    Demensia senilis ( > 65 tahun)
2.    Demensia prasenilis ( < 65 tahun)

b.             Menurut perjalanan penyakit :
1.    Reversibel
2.    Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)
c.              Menurut kerusakan struktur otak :
1.    Tipe Alzheimer
2.    Tipe non-Alzheimer
3.    Demensia vascular
4.    Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5.    Demensia Lobus frontal-temporal
6.    Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7.    Morbus Parkinson
8.    Morbus Huntington
9.    Morbus Pick
10.  Morbus Jakob-Creutzfeldt
11.  Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12.  Prion disease
13.  Palsi Supranuklear progresif
14.  Multiple sklerosis
15.  Neurosifilis
16.  Tipe campuran
d.      Menurut sifat klinis :
1.    Demensia proprius
2.    Pseudo-demensia
Namun ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.
1.       Demensia Alzheimer
Demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro  degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif  menyebabkan kematian sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala  klinis dalam kurun waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang  menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal  benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini
disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Waham (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi  (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor,  berkelana.

Stadium demensia Alzheimer ada tiga :
a.       Stadium Awal
Gejala stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian normal dari proses otak menua oleh para professional, anggota keluarga,dan orang terdekat penyandang demensia. Karena proses penyakit berjalan sangat lambat sulit sekali  untuk  menentukan kapan proses ini dimulai. Pasien menunjukan gejala sebagai berikut :
1.      Kesulitan dalam berbahasa (Aphasia)
2.      Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
3.      Disorientasi waktu dan tempat
4.      Sering tersesat ditempat yang biasa dikenal
5.      Kesulitan membuat keputusan
6.      Kehilangan inisiatif dan motivasi
7.      Menunujukakn gejala depresi dan agitasi
8.      Kehilangan minat dalam hobi dan aktifitas
b.       Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata. Pada stadium ini, pasien mengalami kesulitan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari dan menunjukkan gejala seperti berikut :
1.      Sangat mudah lupa terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang
2.      Tidak dapat mengelola kehidupan sendiri tanpa timbul masalah
3.      Tidak dapat memasak, membersihkan rumah, ataupun berbelanja
4.      Sangat bergantung pada orang lain
5.      Semakin sulit berbicara
6.      Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri (ketoilet, mandi dan berpakaian)
7.      Senang mengembara /bepergian tanpa tujuan
8.      Terjadi perubahan perilaku
9.      Adanya gangguan kepribadian
10.  Sering tersesat walaupun jalan tersebut telah dikenal (tersesat dirumah sendiri )
11.  Dapat juga menunujukkan adanya halusinasi
c.       Stadium Lanjut
Pada stadium ini terjadi :
1.      Ketidak mandirian dan inaktif yang total
2.      Tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal)
3.      Sukar memahami dan menilai peristiwa
4.      Tidak mampu menemukan jalan disekitar jalan rumah sendiri
5.      Kesulitan berjalan
6.      Mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi)
7.      Menunujukkan perilaku tidak wajar di masyarakat
8.      Akhirnya bergantung pada kursi roda/tempat tidur

2.       Demensia Vaskuler
Demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. Dan  setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa  disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat  diduga sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler  dari pada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos  emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Gambaran klinis demensia :

1.             Hilang atau menurunnya daya ingat serta penurunan intelektual.
2.             Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
3.             Lupa meletakkan barang penting
4.             Sulit mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet
5.             Mudah terjatuh, keseimbangan buruk
6.             Aphasia (kurang lancar berbahasa)     
7.             Apraxia (kurang lancar berbahasa)
8.             Agnosia ((kurang mampu merasakan rangsangan bau, penciuman dan rasa).
9.             Emosi yang mudah berubah-ubah terlihat dari mudahnya gembira, tertawa terbahak-bahak lalu tiba-tiba sedih berurai air mata hanya karena sedikit pengaruh lain.

f.         Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.
g.        Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.

5.2.     PERAWATAN  DAN  PELAYANAN  KESEHATAN   TERHADAP PENYAKIT-PENYAKIT  LANSIA

5.2.1.     Perawatan
1.    Tumbuhkan dan bina rasa saling percaya
2.    Sediakan cukup penerangan :
a.    Penerangan alam lebih baik
b.    Hindarkan cahaya yang menyilaukan
c.    Penerangan malam sepanjang waktu dikamar mandi dan ruangan
3.    Tingkatkan rangsangan panca-indra melalui :
a.    Buku yang dicetak besar
b.    Perubahan lingkungan
c.    Beri warna yang dapat dilihat klien
4.    Pertahankan dan latih daya orientasi nyata dengan menggunakan :
a.    Kalender dan penanggalan
b.    Jam
c.    Saling mengunjungi
5.    Beri perawatan
a.    Hindari menggunakan pakaian yang menekan/ketat, mengikat, atau sempit
b.    Ubah posisi
c.    Beri kehangatan dengan selimut dan pakaian
d.   Dorong melakukan aktivitas untuk meningkatkan sirkulasi
e.    Beri bantuan, dukungan, dan gunakan tindakan yang sama selama perpindahan
f.     Lakukan penggosokan perlahan pada waktu mandi
6.    Beri perawatan pernapasan
a.    Bersihkan hidung
b.    Lindungi dari angin
c.    Tingkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan :
1.    Bernapas dalam
2.    Latihan batuk
3.    Latihan menghembus napas
d.    Hati-hati dengan terapi O2,  pantau terjadinya narkosis CO2 yang biasanya ditandai dengan :
1.    Gelisah
2.    Keringat berlebihan
3.    Gangguan penglihatan
4.    Kejang otot
5.    Tekanan darah rendah (hipotensi)
6.    Kerja otak menurun
7.    Beri perawatan pada alat pencernaan
a.    Rangsang nafsu makan dengan cara antara lain :
1.    Beri makanan dengan porsi sedikit, tetapi sering, dan kualitasnya bergizi
2.    Beri makanan yang menarik
3.    Minum anggur bila diperbolehkan
4.    Sediakan makanan yang hangat
5.    Sediakan makanan jika mungkin, yang sesuai pilihan
b.    Cegah terjadinya gangguan pencernaan dengan cara antara lain :
1.    Beri sikap fowler waktu makan
2.    Pertahankan keasaman lambung
3.    Beri makanan yang tidak membentuk gas
4.    Cukup cairan
c.    Cegah konstipasi atau sembelit dengan cara :
1.    Jamin kecukupan cairan dalam diet
2.    Dorong untuk melakukan aktivitas
3.    Fasilitasi gerakan usus dalam mencerna
4.    Beri kebebasan dan posisi tubuh normal
5.    Beri laksatif atau supositorial jika hal di atas tidak efektif
8.    Beri perawatan genitourinaria
a.    Cukup cairan (2000-3000ml/hari)
b.    Cegah inkontinensia :
1.    Jelaskan dan dorong klien untuk buang air kecil setiap 2 jam
2.    Pertahankan penerangan dikamar mandi untuk mencegah jatuh
3.    Observasi jumlah urine untuk hasil maksimum selama siang hari
4.    Batas cairan, terutama mendekati waktu tidur
c.    Bagi yang telah mengalami inkontinensia urine
1.    Catat dalam kartu catatan berkemih. Kartu catatan berkemih merupakan kartu yang dapat digunakan oleh lanjut usia yang mengalami masalah inkontinensia urine.
2.    Terapi nonfarmakologis. Dilakukan dengan mengoreksi penyebab  timbulnya inkontinensia urine, seperti hipertrofi prostat, skibala, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain:
a.     Lakukan latihan menahan kencing  (memperpanjang interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi berkemih 6-7 kali perhari.
b.    Prompted voiding dilakukan dengan cara mengajari klien lanjut usia mengenali kondisi berkemih mereka serta dapat memberi tahu petugas/perawat/pengasuhnya bila ingin berkemih.
c.     Lakukan latihan otot dasar panggul, dengan kontraksi berulang-ulang otot dasar panggul
d.    Pasien lanjut usia yang mengalami trauma medula spinalis,  stroke, atau demensia memerlukan pemasangan kateter jangka panjang atau selamanya.
3.    Terapi farmakologis. Dapat dilakukan bila terapi nonfarmakologis tidak dapat menyelesaikan masalah inkontinensia urine. Obat yang dapat diberikan adalah antikolinergik (relaksasi kandung kemih), yang dapat diberikan pada inkontinensia urgensi dan agonis alfa yang dapat diberikan pada inkontinensi stres.
4.    Terapi pembedahan. Tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stres atau tipe campuran stres dan urgensi.
5.    Modalitas lain. ketika melakukan asuhan dan mengobati masalah medis yang menyebabkan inkontinensia urine ini, perawat dapat memberikan beberapa alat bantu yang dapat digunakan oleh lanjut usia tersebut, antara lain pamper, kateter, dan alat bantu toilet (misal, urinal, pispot, dan commode)
d.   Seksualitas
1.    Sediakan waktu untuk diskusi atau konsultasi
2.    Beri kesempatan pada lanjut usia untuk mengekspresikan perasaannya tentang keinginannya seksual
3.    Dorong untuk menumbuhkan rasa persahabatan
9.    Berikan perawatan kulit:
a.  Mandi
a.1.    Jelaskan dan dorong klien mandi bersih hanya 2 kali seminggu untuk mencegah kekeringan kulit
a.2.    Gunakan sabun atau losion yang mengandung lemak untuk menambah kesehatan kulit
b.  Potong kuku kaki jika tidak ada kontraindikasi, misalnya ada jamur dikuku atau adanya gangguan medik atau bedah
c.  Adakan perawatan gigi palsu
10.     Berikan perawatan muskuloskeletal
a.    Bergerak dengan keterbatasan
b.    Ganti posisi setiap 2 jam, luruskan dengan hati-hati
c.     Cegah osteoporosis tulang  panjang dengan memberi latihan
d.    Lakukan latihan aktif dan pasif, misalnya waktu istirahat atau pada waktu tertentu
e.    Beri latihan gerak pada semua sendi 3 kali
f.     Anjurkan dan dorong keluarga untuk memandirikan klien, contohnya membiarkan klien duduk tanpa dibantu
11.     Berikan perawatan psikososial
a.    Jelaskan dan dorong untuk melakukan aktivitas psikososial agar tercipta suasana normal
b.    Bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas
c.     Fasilitasi pembicaraan
d.   Pertahankan sentuhan yang merupakan alat yang sangat berguna dalam menetapkan atau memelihara kepercayaan
e.     Beri penghargaan dan rasa simpati
12.     Pelihara keselamatan 
a.     Usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap pasang karena klien :
a.1.    Sering terbangun (orientasi mengalami kemunduran yang disebabkan oleh beberapa sebab)
a.2.    Mudah jatuh karena kelemahan otot
a.3.    Hipertensi bila dalam posisi tegak
b.    Tempat tidur dalam posisi rendah bila klien sedang tidak mendapatkan perawatan langsung
c.     Pasang  pegangan di kamar  mandi dan ruangan
d.    Kamar dan lantai tidak berantakan
e.     Cukup mendapatkan penerangan
f.     Beri penyangga sewaktu berdiri bila diperlukan
g.    Beri dorongan untuk berjalan,  lebih baik latihan sendiri untuk klien lanjut usia


5.2.2.     Kegiatan Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia
 Posyandu lansia merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan lansia di tingkat desa/kelurahan di masing-masing wilayah kerja puskesmas. Keterpaduan tersebut berupa keterpaduan pada pelayanan rujukan yang dilatarbelakangi oleh kriteria lansia yang mempunyai bermacam gangguan kesehatan.
Kegiatan pelayanan di posyandu lansia meliputi kegiatan di posyandu, antara lain penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, Hb, tekanan darah, pengobatan dan pemeriksaan status mental, serta penyuluhan atau konseling,  dan di luar poyandu meliputi senam lansia,  keagamaan serta penyuluhan disaat petugas melaksanakan kunjungan rumah.

5.2.3.     Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut berbasis Rumah Sakit
Pada pelayanan di rumah sakit, tergantung dari jenis pelayanan yang ada, menyediakan berbagai layanan bagi para usia lanjut. Mulai dari yang sederhana berupa poliklinik usia lanjut, sampai pada pelayanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu, bangsal kronis dan atau panti rawat werda. Disamping itu, rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan kesehatan jiwa bagi usia lanjut dengan pola yang sama. Pada tingkat ini, sebaiknya dilaksanakan suatu layanan terkait antara unit geriatri rumah sakit umum dengan unit psikogeriatri suatu rumah sakit jiwa, terutama untuk menangani pasien penyakit fisik dengan komponen gangguan psikis berat atau sebaliknya.

5.3.     UPAYA PREVENTIF DAN KURATIF PADA PENYAKIT LANSIA
 Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin menghilangnya fungsi dari banyak organ tubuh.  Bersamaan dengan itu meningkat pula insiden penyakit seperti coronary arterial disease (CAD),  penyakit-penyakit serebrovaskular,  penyakit ginjal,  paru dan lain sebagainya termasuk juga terjadinya demensia pada lansia.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah,  menunda, atau menemukan dan mengenali secara dini berbagai penyakit atau gangguan kesehatan,  serta mengatasi penyakit-penyakit yang muncul untuk mencegah komplikasi. Upaya tersebut disebut pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

5.3.1.     Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk menghindari atau menunda munculnya penyakit atau gangguan kesehatan.
1. Pencegahan penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
a.       Stop merokok,  
b.      Turunkan kolesterol
c.       Obati tekanan darah tinggi,
d.      Latihan jasmani yang bersifat aerobic,
e.       Pelihara berat badan ideal,
f.       Konsumsi aspirin dosis rendah untuk pencegahan,
g.      Kelola dan kurangi stres.
2. Pencegahan penyakit kanker
a.       Stop merokok,
b.      Kurangi pajanan sinar matahari yang berlebihan,
c.       Diet tinggi serat, rendah lemak,
d.      Pemeriksaan pap smear.
3. Pencegahan kecelakaan (injury)
a.       Gunakan sabuk pengaman jika berkendaraan (seat belt),
b.       Lakukan upaya pengamanan rumah,
c.        Cegah jatuh,
d.       Ketahui perihal kekerasan dalam rumah tangga dan penegakan hukumnya,
4. Pencegahan penyakit paru kronik dengan stop merokok.
5. Pencegahan osteoporosis
a.       Konsumsi kalsium dari makanan sehari-hari,
b.       Suplementasi kalsium,
c.        Latihan jasmani yang melawan gravitasi (weight bearing).
6. Pencegahan penyakit infeksi dengan Imunisasi : influenza dan pneumonia.
7. Pencegahan Demensia
a.       Stimulasi otak
Dapat dilakukan  dengan  banyak  membaca,  mengisi teka teki silang, memainkan alat           musik, dan aktif  bersosialisasi, walau hanya sekedar obrolan ringan dengan tetangga.
b.      Tidur yang cukup
Tidur dapat menurunkan hormone stress, yang akan merelaksasi dan menyegarkan seluruh tubuh.  Saat tidur yang dalam,  memori di otak seakan dirapikan kembali.
c.         Makan buah dan sayur berwarna
Para ahli menekankan bahwa tidak ada istilah ‘brain food’ atau makanan otak, tetapi antioksidan yang banyak terdapat pada buah dan sayur dapat mencegah kerusakan sel.
d.        Tidak melakukan pekerjaan bersamaan dalam satu waktu
Salah satu penyebab terbesar mengapa orang lupa, adalah karena tidak benar-benar memperhatikan. Seiring bertambahnya usia, waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesan hingga memprosesnya sedikit bertambah lama, sehingga untuk menerima beberapa input sekaligus semakin sulit.
e.        Mempertahankan kadar homosistein,  kolesterol dan tekanan darah yang normal
Homosistein merupakan salah satu zat dalam darah yang bila ditemukan dalam jumlah banyak meningkatkan risiko banyak penyakit, diperkirakan asam folat, vitamin B12 dan B6 dapat menurunkan kadarnya.
f.         Mengontrol peradangan.
Banyak studi membuktikan pada penderita Alzheimer terdapat peninggian protein peradangan pada darah.
g.        Pengurangan Massa Otot (Sarkopenia)
Sarkopenia adalah hilangnya massa dan fungsi otot. Kondisi ini sangat berpengaruh pada kekuatan otot dan mobilitas seseorang, termasuk juga pada banyaknya  kejadian  jatuh  dan patah  tulang  pada lansia. Sebuah  penelitian di AS telah  membuktikan efektifitas dan  keamanan  latihan  ketahanan   pada       lansia, untuk membalikkan proses sarkopenia.

Penuaan Emosional
Sebenarnya vitalitas emosi dan mental sangat terkait erat dengan vitalitas fisik. Gangguan  pada  pikiran  dapat  berpengaruh pada kondisi tubuh, begitu juga sebaliknya. Para pakar anti-aging  dunia,  selalu menekankan  “the most powerful anti-aging medicine that we have,  is our mind”  dengan  kata  lain,  pikiran  adalah obat anti penuaan  paling hebat yang kita sendiri miliki. Jadi seberapa jauh kita merasa tua, itulah yang akan mempengaruhi fisik kita. Kuncinya ada tiga, aktivitas fisik, aktivitas sosial, dan aktivitas mental.
1.           Aktivitas fisik
Mungkin  kita tidak dapat se-aktif dulu, tapi menggantikan  kegiatan dengan kegiatan lain yang kita bisa, akan membangun rasa positif dalam diri. Sebaliknya, kondisi yang tidak aktiv meningkatkan risiko depresi, kecemasan dan stress.
2.           Aktivitas sosial
Hubungan sosial dengan teman, keluarga, dan komunitas lebih luas dapat memperbaiki kesehatan emosi kita. Hal ini termasuk pada lansia yang mengalami sakit hingga dirawat di rumah sakit,  mereka yang memiliki hubungan dengan orang lain akan lebih cepat pulih, atau bertahan lebih lama.
3.           Aktivitas mental
Beberapa kegiatan untuk mencegah demensia seperti disebut di atas juga dapat memperbaiki keadaan mental anda,  seperti bermain puzzle atau tebak kata. Selain itu anda perlu menyesuaikan dengan kekurangan yang sudah ada,  seperti mencatat nama, tanggal, atau informasi penting lain.
5.3.2.     Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk deteksi dini adanya  penyakit  atau  gangguan kesehatan agar dapat dilakukan tata laksana sedini mungkin pula.
  1. Kanker : pemeriksaan pap smear setiap 1-3 tahun, pemeriksaan payudara sendiri (sarari), setiap bulan setelah selesai menstruasi, dan pemeriksaan payudara oleh dokter setiap tahun setelah usia 40 tahun, mamografi setiap tahun setelah usia 40 tahun.
  2. Pemeriksaan rektal (colok dubur) setiap tahun pada orang dewasa setelah usia 40 tahun.
  3. Endoskopi pada semua usia lanjut setelah usia 50 tahun, setiap 5 tahun.
  4. Pemeriksaan pemeriksaan PSA setiap  tahun antara 50 sampai dengan 70 tahun.
  5. Pemeriksaan kolesterol tiap 3-5 tahun.
  6. Pemeriksaan rutin kimia darah, darah perifer lengkap, dan pemeriksaan urin lengkap.
  7. Pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) : berikan 1 kopi hasil EKG tersebut kepada pasien.  Manakala pasien mengalami masalah jantung (nyeri dada), hasil EKG tersebut dapat diberikan ke dokter yang melayaninya untuk digunakan oleh sang dokter dalam membuat penilaian klinis.
  8. Pemeriksaan tekanan darah setiap 3 tahun sebelum usia 40 tahun dan setiap tahun setelah berusia 40 tahun.
  9. Pemeriksaan ketajaman penglihatan dan penapisan glaukona setiap 1-3 tahun setelah usia 50 tahun.
  10. Evaluasi fungsi pendengaran setiap 3 tahun setelah berusia 50 tahun.
  11. Pengkajian fungsi fisik dan mental.
5.3.3.     Pencegahan Tersier
Pengelolaan penyakit atau gangguan kesehatan secara seksama harus dilakukan. Diperlukan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien serta keluarganya agar penyakit atau gangguan kesehatan yang diderita pasien dapat terkelola dan terkendali dengan baik. Untuk itu amat dibutuhkan kepatuhan pasien dalam mengontrol penyakit-penyakit yang diderita agar tidak timbul komplikasi atau penyulit. Pada umumnya berbagai penyakit kronik degeneratif memerlukan kedisiplinan dan ketekunan dalam diet atau latihan jasmani, demikian pula di dalam pengobatan yang umumnya membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa seumur hidup. Tidak jarang pasien merasa bosan dan akhirnya menghentikan pengobatannya sehingga penyakit menjadi tidak terkendali dan kemudian timbul berbagai komplikasi yang tidak jarang sampai mengancam nyawa.
5.3.4.     Upaya Kuratif Pada Demensia
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Pengobatan / pencegahan hanya dalam bentuk paliatif yaitu : nutrisi tepat, latihan,  pengawasan aktifitas, selain itu bisa diberikan obat Memantine (N-metil) 25 mg/hr, propanolol (InderalR),  Holoperidol dan penghambatan dopamin potensi tinggi untuk kendali gangguan prilaku akut. Selain itu bisa diberikan “Tracine Hydrocloride” (Inhibitor asetilkolinesterose kerja sentral) untuk gangguan kognitif dan fungsionalnya.

5.4.     PERAN SERTA KELUARGA DALAM PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

5.4.1.     Aspek Pelayanan Lansia
1.       Aspek Fisik Biologis
Terjadi perubahan dan penurunan fungsi-fungsi fisik, dimana sel lebih sedikit jumlahnya dan sel lebih besar ukurannya. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intra selular, umumnya terjadi penurunan kemampuan sistem fungsi tubuh, seperti : sistem penglihatan, sistem pendengaran, sistem respirasi, sistem persyarafan, sistem kardiovaskular, sistem gastrointestinal, sistem endokrin, sistem kulit, sistem muskuloskeletal dan sistem genitalia
2.       Aspek Psikologi
Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbul masalah, masalah-masalah yang ditimbulkan pada lansia antara lain :
1.    Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2.    Ketidak pastian ekonomis sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
3.    Mencari teman baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal
4.    Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah
3.       Aspek Spiritual
Pada waktu menjelang kematian, agama merupakan faktor yang sangat penting, disaat inilah kehadiran seorang konseling perlu untuk memberikan rasa percaya dan melapangkan dada para lansia

5.4.2.     Peran Keluarga dalam Pembinaan Lansia
1.       Pemenuhan Perawatan Diri Lansia
Keluarga mengupayakan pembinaan secara fisik yang ditujukan bagi para lansia dengan mempertimbangkan faktor usia dan kondisi fisik yang secara perorangan berbeda. Perawatan diri lansia  dibagi atas kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan, meliputi:


a.       Kebersihan mulut dan gigi
 Keluarga berupaya mengingatkan lansia untuk sikat gigi sekurang-kurangnya dua kali dalam sehari, pagi dan malam hari sebelum tidur termasuk bagian gusi dan lidah. Bagi lansia yang menggunakan gigi palsu, sikat gigi perlahan dibawah air yang mengalir . Bila perlu menggunakan pasta gigi.
b.       Kebersihan kepala, rambut dan kuku
Keluarga mengingatkan lansia untuk mencuci rambut secara teratur sedikitnya dua kali seminggu untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran yang melekat di rambut dan kulit kepala. Potong kuku secara teratur sekali seminggu
c.       Kebersihan badan dan pakaian
Mandi atau membersihkan badan dua kali untuk memberi kesegaran dan kenyamanan dengan menggunakan air hangat.
d.      Kebersihan alat kelamin
Siram daerah sekitar kemaluan dan alat kelamin dengan larutan air sabun kemudian bilas dengan air biasa.

2.       Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Lansia
Biasanya semakin bertambah umur manusia nafsu dan porsi makan semakin berkurang,  sehingga keadaan fisiknya menurun. Oleh karena itu perlu diperhatikan gizi serta tambahan vitamin  serta makanan tambahan lainnya.
Keluarga mengupayakan pemberian makanan atau penyajian perlu memperhatikan :
a.    Makanan yang disajikan cukup memenuhi kebutuhan gizi
b.    Penyajian makanan pada waktunya secara teratur serta dalam porsi kecil tapi sering
c.    Berikan makanan bertahap dan variasi terutama bila nafsu makannya berkurang
d.   Perhatikan makanan agar sesuai selera
e.    Lansia yang menderita sakit, perlu diperhatikan makanannya sesuai dengan petunjuk dokter/ahli gizi
f.     Berikan makanan lunak untuk menghindari obstipasi dan memudahkan mengunyah

3.       Pemenuhan Pemeliharaan Kesehatan Lansia
Keluarga mengontrol sekaligus mengingatkan lansia untuk rutin melakukan pemeriksaan fisik secara berkala dan teratur guna mencegah penyakit dan menemukan tanda-tanda awal dari penyakit terutama yang ada pada lansia, seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan pap smear dan lain-lain. Menjaga lansia untuk makan minum dan tidur secara teratur. Kebiasaan yang harus dihindari antara lain :  merokok,  minum-minuman keras, malas berolah raga, makan berlebihan, tidur tidak teratur dan meminum obat yang tidak sesuai anjuran dokter. Oleh karena itu dituntut perhatian keluarga terhadap lansia.

4.       Pencegahan Potensi Kecelakaan Pada Lansia
Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan meningkatnya resiko kecelakaan. Oleh karena itu keluarga dituntut untuk melakukan upaya peningkatan keamanan dan keselamatan lansia berupa :
a.    Anjuran penggunaan alat bantu jika mengalami kesulitan (berjalan, mendengar dan melihat)
b.    Lantai diusahakan tidak licin, rata dan tidak basah
c.    Tempat tidur dan tenpat duduk tidak terlalu tinggi
d.    Jika berpergian selalu ditemani keluarga
e.    Tidak menggunakan penerangan yang terlalu redup/menyilaukan

5.       Pencegahan Menarik Diri Dari Lingkungan
Adapun upaya yang dilakukan keluarga antara lain :
a.  Berkomunikasi dengan lansia harus dengan kontak mata
b.  Mengingatkan lansia untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisiknya
c.  Menyediakan waktu untuk berbincang dengan lansia
d.  Berikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya
e.  Menghargai pendapat yang diberikan lansia

Berdasarkan Depkes RI (2005), menyatakan bahwa peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain :
1.    Memberikan dorongan, kemudahan, dan fasilitas bagi lansia untuk mengamalkan kemampuan dan keterampilan serta kearifan yang dimiliki.
2.    Mengembangkan kehidupan beragama
3.    Pembinaan psikis/mental
4.    Pembinaan sosial ekonomi dan budaya
Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat sehat atau sakit.
Berdasarkan Program Bina Keluarga Lansia (BKL) terdapat 17 peran keluarga terhadap lansia, yaitu :
1.        Menghormati dan menghargai orang tua
2.        Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
3.        Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian
4.        Jangan menganggap sebagai beban
5.        Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
6.        Mintalah nasehat kepada mereka dalam peristiwa-peristiwa penting
7.        Mengajaknya dalam acara keluarga
8.        Dengan memberi perhatian yang baik, maka kelak anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita
9.        Membantu mencukupi kebutuhannya
10.    Berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi
11.    Membantu mengatur keuangan
12.    Mengupayakan alat transpot untuk kegiatannya
13.    Memeriksa kesehatan secara teratur
14.    Memberi dorongan untuk tetap hidup sehat
15.    Mencegah terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah
16.    Merujuk lansia yang sakit ke tempat layanan kesehatan
17.    Memelihara kesehatan lansia
Keluarga adalah masyarakat yang terdekat dengan lansia. Proses penuaan lansia menimbulkan beberapa masalah kesehatan yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan keluarga.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lansia adalah : kesehatan fisik dan psikologis, kepribadian, sistem dukungan sosial, sumber-sumber ekonomi dan gaya hidup atau kebiasaan hidup.
Beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan keluarga adalah :
1.    Tindakan dalam mengatasi gangguan pikir lansia :
a.     Mengajak lansia mendiskusikan topik yang menarik bagi lansia dengan suara lembut dan jelas
b.    Menata ruangan tidak berubah-ubah atau menempatkan barang pada tempatnya
c.     Membuat jadwal harian yang tetap misalnya untuk mandi, makan
d.    Dalam memberikan penjelasan dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami
2.    Tindakan dalam mengatasi gangguan perasaan lansia :
a.     Memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia
b.    Bicara dengan lansia secara teratur, kontak mata dan sentuhan
c.     Menceritakan kehidupan masa lalu lansia yang menyenangkan
d.    Mendukung lansia dalam mengembangkan hobi
e.     Melibatkan lansia dalam kegiatan keluarga dan masyarakat
3.    Tindakan dalam mengatasi masalah gangguan fisik/somatik pada lansia :
a.     Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dengan cara menata ruangan dengan warna lembut dan jika perlu ada musik yang lembut
b.    Membantu untuk menyiapkan makanan dan minuman yang meningkatkan selera makan misalnya dihidangkan hangat, lembut sesuai keinginan lansia
4.    Tindakan dalam mengatasi masalah gangguan perilaku pada lansia :
a.     Melibatkan lansia pada kegiatan masyarakat, misalnya terlibat dalam kegiatan perkumpulan lansia/posyandu lansia/panti werdha
b.    Membantu lansia dalam perawatan diri

5.5.     CARA HIDUP SEHAT PADA LANSIA
Upaya yang diberikan saat ini lebih mengarah pada  keperawatan geriatric. Sejalan dengan meningkatnya jumlah populasi lanjut usia di Indonesia, begitu pula timbulnya penyakit pada usia lanjut. Asuhan keperawatan lanjut usia akan semakin dibutuhkan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Keperawatan geriatric merupakan bagian pelayanan usia lanjut usia karena hal ini masih terbatas pada asuhan keperawatan kepada lanjut usia yang sakit dan ditangani oleh specialis penyakit dalam. Oleh karena itu, beberapa upaya perlu mulai dipersiapkan agar upaya asuhan keperwatan lanjut usia bias terlaksana secara komprehensif dan terpadu yang mencangkup pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual dan cultural. Jadi, bukan hanya keperawatan geriatric, tetapi harus mencangkup pula keperawatan gerontology. Pada lanjut usia yang berada pada staium terminal atau berada pada kondisi tidak ada harapan untuk sembuh, perlu tindakan asuhan keperawatan paliatif, untuk meringankan beban penderitaan. Tindakan ini antara lain menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta perbaikan kondisi psikologi, social, dan spiritual.
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut. Jadi walaupunb usia sudah lanjut, harus tetap menjaga kesehatan.
Ada satu pendapat yang mengatakan “KESEHATAN TIDAK BERARTI SEGALA-GALANYA, TETAPI TANPA KESEHATAN SEGALANYA TIDAK BERARTI”, yang maksudnya orang yang sehat belum tentu hidupnya makmur, segala keinginannya terpenuhi, bisa saja hidupnya sederhana atau biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu milik kita yang paling berharga, karena bila sakit kita tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati dengan baik apa yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan.

Hidup Sehat
Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu caranya adalah berperilaku hidup sehat.
Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan cara-cara hidup sehat.

Cara Hidup Sehat
Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1.      Makan makanan yang bergizi dan seimbang
Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut :
Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.
a.     Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan, biji – bijian).
b.    Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.
c.     Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
d.    Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
e.     Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang – kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.
f.     Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.
g.    Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.
h.    Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang segar dan mudah dicerna.
i.     Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.
j.     Makan disesuaikan dengan kebutuhan
2.      Minum air putih 1,5 – 2 liter. Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.
3.      Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan fungsi tubuh,  mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.
4.      Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan sebagainya.
5.      Olah raga teratur dan sesuai
Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif  dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.
6.      Istirahat, tidur yang cukup
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.
  1. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah : mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis),memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.
Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.
Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk mandiri dan hanya diberi pengarahan.
  1. Minum suplemen gizi yang diperlukan  
Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.
  1. Memeriksa kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.
10.  Mental dan batin tenang dan seimbang
Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:
a.  Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi tenang. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
b.  Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.
  1. Rekresi Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan.  Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak,  pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.
  2. Hubungan antar sesama yang sehat
Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
  1. Back to nature (kembali ke alam)
Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan, jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit. Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

  1. Semua yang dilakukan tidak berlebihan
Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan.

Contoh menu sehat bagi lansia

Pagi, Pukul : 08.00
Bubur ayam

Puding roti bakar
Siang, Pukul : 12.00
Nasi

Lapis daging cincang

Pepes tahu

Sup kimlo

Pepaya
Sore, Pukul : 16.00
Kue lemper

Mie schotel
Malam, Pukul : 18.00
Sup kacang merah

Selada buah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar