Pendahuluan
Dewasa
ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda
masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk
Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengonsumsi makanan yang
mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan
berat badan (overweight) dan obesitas selain itu faktor genetik juga berperan
penting dalam penentuan obesitas.
Berbagai
upaya untuk menurunkan berat badan telah banyak dilakukan diantaranya dengan
pengaturan makanan, merubah gaya hidup, pemberian obat dan pembedahan untuk
mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus. Namun jika tidak didukung
dengan konsep keluarga yang mengatur pola makan dengan baik, maka upaya-upaya
tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan. Jadi Peran keluarga dalm pengaturan
pola makan serta dukungan yang diberikan sangat berperan penting dalam proses
penurunan berat badan pasien
Tinjauan Teori
5.1. DEFENISI DAN KELAINAN-KELAINAN HEREDITAS
5.1.1 Defenisi Hereditas
Hereditas adalah pewarisan watak
dari induk
ke keturunannya baik secara biologis melalui gen (DNA)
atau secara sosial melalui pewarisan gelar,
atau status sosial.
5.1.2 Kelainan-Kelainan
Hereditas
Penyakit
keturunan (Hereditas) adalah suatu penyakit kelainan genetik yang diwariskan
dari orangtua kepada anaknya. Namun ada orangtua yang hanya bertindak sebagai
pembawa sifat (carrier) saja dan penyakit ini baru muncul setelah dipicu oleh
lingkungan dan gaya hidupnya.
1.
Penyakit Cacat mental/imbisil, idiot atau debil.
·
Yaitu penyakit gangguan menta/kelainan
mental, dengan ciri-ciri :
§ Menunjukkan
gejala kebodohan
§ Warna
rambut dan kulit kekurangan pigmen.
§ Biasanya
tidak berumur panjang.
§ Reaksi
refleksnya sangat lambat.
§ Jarang
mempunyai keturunan.
2.
Penyakit
Albinisme
·
Yaitu penyakit kekurangan pigmen pada
kulit sehingga kulit menjadi berwarna pucat/terang.
·
Orang yang menderita penyakit ini
disebut ALBINO.
·
Ciri-ciri
penyakit ini adalah :
§ Kulit
dan rambut tidak berwarna.
§ Iris
pada mata tidak berwarna.
§ Penglihatan
yang sangat peka terhadap cahaya terang.
3.
Penyakit
Diabetes mellitus
·
Yaitu merupakan penyakit sistem
metabolisme tubuh manusia akibat rusaknya organ pancreas untuk menghasilkan
hormone insulin.
·
Hormon insulin yang dihasilkan oleh
organ pancreas ini berfungsi sebagai pengatur kadar gula darah.
·
Ciri-ciri
orang yang terkena penyakit diabetes mellitus adalah :
§ Mudah
merasa lapar dan haus.
§ Mudah
mengantuk.
§ Kulit
terlihat kering dan berkeriput.
§ Apabila
terjadi luka, maka luka akan lama kering (sulit kering).
4.
Obesitas
Obesitas
adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Anak dikatakan obesitas jika bila beratnya lebih dari 20% dari berat idealnya.
Celakanya,
faktor keturunan dapat memengaruhi terjadinya kegemukan.
Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas.
5.
Asma
Asma
juga merupakan salah satu penyakit keturunan. Dari sebuah penelitian ditemukan,
30% penyakit asma diturunkan orangtua.
Faktor
ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibandingkan dengan bapak. Penelitian
lainnya menyebutkan, orangtua penderita asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan
asma dibandingkan dengan orangtua yang tidak asma, terlebih lagi bila si anak
alergi terhadap tungau debu rumah.
6.
Alergi
Berdasarkan
penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor keturunan.
Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak terserang alergi
sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya alergi,
kemungkinannya
menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa tercetus karena
faktor lingkungan.
Faktor
pencetus alergi dari luar ini disebut alergen, yang akan bekerja jika seorang
anak membawa sifat alergi. Alergen ini sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu
alergen hirup, makanan, dan alergen suntik. Pada alergen hirup, pemicunya
paling banyak adalah tungau debu rumah, di samping serbuk sari. Reaksi alergi
akibat tungau ini antara lain sesak nafas, bersin-bersin, atau batuk. Sedangkan
alergen suntik disebabkan oleh gigitan serangga atau suntikan. Biasanya akan
menimbulkan reaksi pada kulit, dan bentuknya bisa beragam.
7.
Thalasemia
Thalasemia
merupakan penyakit turunan yang merupakan kelainan pembentukan sel darah merah.
Pada thalasemia minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun
ia hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia
minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan
terjadi masalah. Ada 25% kemungkinan pada setiap anak mereka untuk menderita
thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan, seperti anemia, lemas, loyo,
dan sering mengalami pendarahan.
Penyakit /cacat yang terpaut pada kromosom X, yaitu :
1.
Color
blind/cb atau Buta warna
·
Yaitu penyakit kelainan pada mata yang ditentukan oleh gen resesif
pada kromosom sex, khususnya terpaut
pada kromosom X.
·
Penyakit ini lebih banyak diderita oleh
wanita yang memiliki kemungkinan terbesar, karena memiliki 2 buah kromosom X.,
bila dibandingkan dengan pria.
·
Untuk carrier hanya wanita yang memilki
karena wanita memilki 2 buah kromosom X sedangkan pria langsung terkena
penyakit dan tidak ada carrier.
Buta
warna dibedakan 2 yaitu :
§ Buta
warna parsial yaitu buta warna yang
tidak dapat membedakan warna-warna tertentu. Terutama warna-warna
yangdapat diserap oleh sel conus yaitu merah, biru atau hiijau.
§ Buta
warna total yaitu buta warna yang tidak dapat membedakan semua warna sehingga
hanya terlihat warna gelap (hitam) dan warna terang (putih).
2.
Hemofilia
·
Yaitu penyakit sukar membekunya darah
pada saat terjadinya luka.
·
Penyakit ini ditentukan oleh gen resesif
yang terpaut pada kromosom sex yaitu kromosom X.
·
Penyakit ini banyak diderita oleh pria
karena hanya mempunyai 1 buah kromosom X. Pada wanita penyakit ini hanya
mempengaruhi sifat carrier atau pembawa sifat penyakit hemophilia/carrier
hemophilia. Pada wanita, apabila ia terkena penyakti hemophilia maka tidak akan
berumur panjang. Biasanya akan bersifat letal/kematian.
5.2. OBESITAS
5.2.1 Defenisi
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat
dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Obesitas ringan : kelebihan berat badan
20-40%
Obesitas sedang : kelebihan berat badan
41-100%
Obesitas berat : kelebihan berat
badan >100%.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak; kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76.
Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk.
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda.
Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel.
Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak; kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.
Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki resiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.
Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul.
Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul.
Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76.
Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel.
5.2.2
Etiologi
Secara
ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh.
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas.
Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:
- Faktor
genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas.
Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. - Faktor
lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya).
Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. - Faktor
psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya.
Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.
Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari).
Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak.
Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari. - Faktor
kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
- Hipotiroidisme
- Sindroma Cushing
- Sindroma Prader-Willi
- Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. - Obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan. - Faktor
perkembangan.
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal.
Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur.
Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
5.2.3
Gambaran Klinis
Penimbunan lemak yang berlebihan
dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga
timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan
aktivitas yang ringan.
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).
Sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
5.2.4 Cara Perhitungan Berat Badan Ideal
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).
Sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
5.2.4 Cara Perhitungan Berat Badan Ideal
Mengukur
lemak tubuh.
Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
Tidak mudah untuk mengukur lemak tubuh seseorang. Cara-cara berikut memerlukan peralatan khusus dan dilakukan oleh tenaga terlatih:
Underwater weight, pengukuran berat badan
dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh dihitung berdasarkan jumlah air
yang tersisa.
BOD POD merupakan ruang berbentuk telur yang
telah dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang
tersisa digunakan untuk mengukur lemak tubuh.
DEXA (dual energy X-ray absorptiometry),
menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi
dari lemak tubuh.
2 cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:
2 cara berikut lebih sederhana dan tidak rumit:
Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di
beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yang
menyerupai forseps).
Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik), penderita
berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya
dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.
Tabel berat badan-tinggi badan.
Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan.
Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.
Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.
Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.
Body Mass Index (BMI).
BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.
BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.
Pemeriksaan tersebut bisa memberikan hasil yang tidak tepat jika tidak dilakukan oleh tenaga ahli.
Tabel berat badan-tinggi badan.
Tabel ini telah digunakan sejak lama untuk menentukan apakah seseorang mengalami kelebihan berat badan.
Tabel biasanya memiliki suatu kisaran berat badan untuk tinggi badan tertentu.
Permasalahan yang timbul adalah bahwa kita tidak tahu mana tabel yang terbaik yang harus digunakan. Banyak tabel yang bisa digunakan, dengan berbagai kisaran berat badan yang berbeda. Beberapa tabel menyertakan ukuran kerangka, umur dan jenis kelamin, tabel yang lainnya tidak.
Kekurangan dari tabel ini adalah tabel tidak membedakan antara kelebihan lemak dan kelebihan otot. Dilihat dari tabel, seseorang yang sangat berotot bisa tampak gemuk, padahal sesungguhnya tidak.
Body Mass Index (BMI).
BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.
BMI merupakan rumus matematika dimana berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter) pangkat dua.
Klasifikasi
|
IMT
(kg/m2)
|
BB
kurang
|
< 18,5
|
BB
normal
|
18,5 – 22,9
|
BB
lebih
|
23
|
Preobesitas
|
23 – 24,5
|
Obesitas
I
|
25 – 29,9
|
Obesitas
II
|
> 30
|
5.3. KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS OBESITAS
Komplikasi
Dampak
obesitas, meliputi faktor resiko kardiovaskular, sleep apneu, gangguan fungsi
hati, masalah ortopedik yang berkaitan dengan obesitas, kelainan kulit serta
gangguan psikiatrik. Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita obesitas
terangkum dalam tabel 3.1.
Tabel
3.1. Komplikasi medis yang berhubungan dengan obesitas.
System
|
Komplikasi
yang terjadi
|
gastrointestinal
|
Kolelitiasis,
pankreatitis, hernia abdomen, GERD
|
Metabolik-endokrin
|
Metabolik
syndrom, resistensi insulin, toleransi glukosa tergangu, DM tipe II,
dyslipidemia, sindrom ovarium polikistik.
|
Kardiovaskuler
|
Hipertensi,
penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif aritmia, cor pulmonale,
stroke iskemik, thrombosis vena dalam, emboli paru
|
Respirasi
|
Abnormalitas
fungsi paru, obstructive sleep apnea, sindrom hipoventilasi obesitas
|
Muskuloskeletal
|
Osteoarthritis,
gout arthritis, low back pain
|
Ginekologi
|
Menstruasi
abnormal, infertilitas
|
Genitourinaria
|
Urinary
stress incontinence
|
Ophtalmologi
|
Katarak
|
Neurologi
|
Hipertensi
intrakranial idiopatik (pseudotumor cerebri)
|
kanker
|
Esophagus,
colon, empedu, prostat, payudara, uterus, cervix, ginjal
|
Perilaku
dan kebiasaan makan yang baik merupakan cara terapeutik yang dianjurkan untuk
menghindari obesitas. Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokan
menjadi tiga, yaitu penekanan nafsu makan misalnya sibutramin, penghambat
absobsi zat-zat gizi misalnya orlisat, dan kelompok lain termasuk leptin,
octreotide, dan metformin. Belum tuntasnya penelitian tentang jangka panjang
penggunaan farmakoterapi tersebut di atas yang dijinkan pemakaiannya pada anak
oleh U.S. Food and Drug Administration sampai saat ini.
5.4. UPAYA PREVENTIV
PADA OBESITAS
5.4.1 Pencegahan Primer
Pencegahan dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi
pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan
remaja beserta orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang
berisiko tinggi menjadi obesitas . Anak-anak yang berisiko menjadi
obesitas adalah seorang anak yang salah satu atau kedua orang tuanya obesitas
dan anak yang memiliki kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain mempromosikan pemberian ASI
ekslusif sampai usia 6 bulan terutama pada bayi yang secara genetik rentan
untuk menjadi obesitas. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian ASI
jangka panjang serta menunda pemberian makanan pendamping ASI dapat membantu
menurunkan prevalensi obesitas. Moran (1999) menganjurkan orang tua untuk
menerapkan serta mengajarkan pola diet serta aktifitas yang sehat kepada
anak-anaknya sebagai berikut.
·
Hargai
selera makan anak: jangan memaksa anak untuk menghabiskan setiap porsi makanan
·
Bila
mungkin hindari mengkonsumsi makanan siap saji atau makanan yang manis
·
Batasi
jumlah makanan berkalori tinggi yang disimpan di rumah.
·
Sajikan
menu sehat dengan komposisi lemak lebih
rendah dari 30% kalori total.
·
Sajikan
sejumlah serat dalam makanan anak.
·
Susu
skim dapat menggantikan susu sapi mulai usia 2 tahun.
·
Jangan
menyajikan makan sebagai penenang atau hadiah.
·
Jangan
mengiming-imingi permen sebagai hadiah menghabiskan makanan.
·
Batasi waktu menonton televisi.
·
Dorong agar anak aktif bermain
·
Jadwalkan
kegiatan keluarga yang teratur seperti jalan-jalan, bermain bola, dan kegiatan
di luar rumah lainnya
5.4.2 Pencegahan Sekunder
Jika seorang anak datang dengan keluhan obesitas, maka yang pertama kali
perlu dipastikan apakah kriteria obesitas terpenuhi secara klinis maupun
antropometris. Selanjutnya perlu ditelusuri faktor risiko obesitas serta dampak
yang mungkin terjadi. Riwayat obesitas dalam keluarga serta pola makan dan
aktifitas perlu ditelusuri.
Dampak obesitas pada anak harus dievaluasi sejak dini. Meliputi penilaian
faktor risiko kardiovaskuler, sleep
apnea, gangguan fungsi hati, masalah ortopedik yang berkaitan dengan
kelebihan beban, kelainan kulit, serta potensi gangguan psikiatri. Faktor
risiko kardiovaskuler terdiri dari riwayat anggota keluarga dengan penyakit
jantung vaskular atau kematian mendadak dini (<55 tahun), dislipidemia
(peningkatan kadar LDL-kolesterol >160mg/dL, HDL-kolesterol < 35mg/dL)
dan peningkatan tekanan darah, merokok, adanya diabetes mellitus dan rendahnya
aktifitas fisik. Anak gemuk yang berkaitan dengan minimal tiga dari
faktor-faktor risiko tersebut, dianggap berisiko tinggi. Skrining dianjurkan
pada setiap anak gemuk setelah usia 2 tahun. Anak gemuk juga cenderung
mengalami peningkatan tekanan darah, denyut jantung serta keluaran jantung
dibandingkan anak seusianya. Hipertensi ditemukan pada 20-30% anak gemuk. Dalam
mengukur tekanan darah pada anak gemuk perlu memperhatikan penggunaan cuff yang
sesuai. Merokok perlu ditanyakan pada remaja. Diabetes mellitus tipe 2 jarang
ditemukan pada anak gemuk tetapi hiperinsulinemia dan intoleransi glukosa
hampir selalu ditemukan pada morbid obese.
Tingkat aktifitas fisis anak juga perlu dievaluasi selain untuk menilai risiko
kelainan kardiovaskuler juga untuk merancang aktifitas fisis dalam tatalaksana
selanjutnya. Lamanya menonton televisi atau memainkan komputer/play station
perlu di selidiki.
Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada obesitas, gejalanya
mulai dari mengorok sampai mengompol (seringkali diduga akibat DM type 2 atau diuresis
osmotik). Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang
seringkali diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran
nafas intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan
oksigenasi. Sebagai kompensasi, anak cenderung mengantuk keesokkan harinya dan
hipoventilasi. Umumnya gejala berkurang seiring dengan penurunan berat badan
dan/atau adenotonsilektomi.
Non
alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada 40% anak gemuk melalui skrining USG hati. Kadar enzim
aminotransferase (AST dan ALT) merupakan indikator yang kurang sensitif, tetapi
peninggiannya membantu penegakkan diagnosis. Kondisi ini dapat berlanjut
menjadi fibrosis hati atau bahkan menjadi sirosis. Penurunan berat badan akan
menormalkan kadar enzim hati dan ukuran hati.
Kelebihan berat badan pada anak gemuk cenderung berisiko terhadap gangguan
ortopedik, yaitu torsi tibial dan kaki pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral epiphysis)
terutama pada anak lelaki dan gejala tekanan berat badan pada persendian di
ekstremitas bawah. Kegemukan menyebabkan kerentanan terhadap kelainan kulit
khususnya di daerah lipatan. Kelainan ini termasuk ruam panas, intertrigo,
dermatitis moniliasis dan acanthosis
nigricans (kondisi yang merupakan petanda hipersensitifitas insulin).
Sebagai tambahan, jerawat juga dapat muncul dan dapat memperburuk pesepsi diri
si anak.
Masalah psikososial akan sangat berpengaruh pada penampilan. Pada anak
dengan obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman
sepermainan, memisahkan diri dari tempat bermain, tidak diikutkan dalam
permainan serta hubungan sosial canggung atau menarik diri dari kontak sosial.
Hal ini disebabkan oleh karena depresi, kurang percaya diri, persepsi diri yang
negatif maupun rendah diri karena menjadi bahan ejekan teman-temannya. Sejak dini, lingkungan menilai orang
gemuk sebagai malas, bodoh, lamban. Hal ini perlu diperhatikan oleh dokter
jangan sampai rencana pengobatan akan memperburuk rasa percaya diri yang rapuh
tersebut.
Pada
anak usia sekolah juga terjadi penurunan prestasi belajar, dan pada remaja
terutama wanita sering melakukan upaya untuk menurunkan berat badan, namun
dilakukan dengan cara yang kurang tepat sehingga menimbulkan masalah gizi yang
lain misalnya anemia ataupun defisiensi mikronutrien yang lain.
Pseudotumor
serebri atau peningkatan tekanan intrakranial ringan pada obesitas disebabkan
oleh gangguan jantung dan paru-paru yang mengakibatkan penumpukkan kadar
karbondioksida. Gejalanya meliputi
papiledema, kelumpuhan saraf kranial VI (rektus lateralis), diplopia,
kehilangan lapangan pandang perifer, dan iritabilitas .
Obesitas dua kali lebih sering
terjadi pada anak remaja
semenjak 30 tahun yang lalu. Meskipun kebanyakan komplikasi pada obesitas
terjadi pada masa dewasa, remaja yang kegemukan lebih mungkin dibandingkan
dengam remaja lainnya memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.
Meskipun lebih sedikit dibandingkan sepertiga orang dewasa gemuk yang obesitas
adalah remaja, kebanyakan remaja yang kegemukan tetap kegemukan ketika dewasa.
5.4.3 Pencegahan Tertier
Tata laksana komprehensif obesitas mencakup penanganan obesitas dan dampak
yang terjadi. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi
serta meningkatkan keluaran energi. Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan
aktifitas fisik, merubah pola hidup (modifikasi perilaku), dan yang terpenting adalah keterlibatan keluarga
dalam proses terapi.
a.
Pengaturan diet
Mengingat anak masih bertumbuh dan berkembang maka
prinsip pengaturan diet pada anak gemuk adalah diet seimbang. Cara yang
dilakukan adalah dengan intervensi diet. Pada anak sulit melakukan hal ini, karena anak tidak mau mengerti mengapa
makanannya harus dikurangi atau dibatasi, atau mengapa makanan yang dulu boleh
sekarang dilarang. Pengaturan makan yang baik diperlukan untuk mengurangi
kendala tersebut dan peran seorang ahli gizi sangat penting. Langkah awal
yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin menurunkan berat
badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang disesuaikan dengan umur
dan tinggi badannya. Kemudian membuat kesepakatan bersama berapa target
penurunan berat badan yang dikehendaki. Satu contoh cara pengaturan diet untuk anak yaitu ‘the traffic light diet’. Pada program
ini terdapat green food yaitu makanan
rendah kalori dan lemak yang boleh dikonsumsi bebas, yellow food artinya makanan rendah lemak namun dengan kandungan
kalori sedang yang boleh dimakan namun terbatas, dan red food yaitu mengandung lemak dan kalori kadar tinggi agar tidak
dimakan atau hanya sekali dalam seminggu. Dalam pengaturan kalori perlu
diperhatikan tentang:
·
Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan
normal. Pengurangan kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan
target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan berat badan
ditargetkan sampai mencapai kira-kira 10% di atas berat badan ideal atau cukup
dipertahankan agar tidak bertambah, karena pertumbuhan linier masih
berlangsung.
·
Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%,
lemak 30%, dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-20%). Bentuk dan
jenis makanan harus dapat diterima anak, serta tidak dipaksa mengkonsumsi
makanan yang tidak disukai.
·
Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat
badan melalui jalur intrinsik, hormonal dan colonic.
Ketiga mekanisme tersebut selain
menurunkan asupan makanan akibat efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun
kandungan energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga meningkatkan
oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah lemak yang disimpan. Pada anak di
atas 2 tahun dianjurkan pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5)
g per hari.
b.
Pengaturan
aktifitas fisik.
Cara yang dilakukan
adalah melakukan latihan dan meningkatkan aktifitas harian. Aktifitas fisik
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penggunaan energi. Dikatakan juga
bahwa peningkatan aktifitas pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan
meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan
dengan pengurangan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih
besar dibandingkan hanya dengan diet saja.
Ilyas EI, membahas kebugaran pada anak obesitas. Latihan
fisik yang diberikan pada anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisik dan umurnya. Pada umur 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat
untuk memulai dengan ketrampilan otot seperti bersepeda, berenang, menari,
karate, senam, sepakbola, basket. Mulai usia 10 tahun anak mulai menyukai
olahraga dalam bentuk kelompok. Perbedaan antara anak perempuan dan lelaki
lebih jelas.
Aktifitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan
kaki atau bersepeda kesekolah, menempati kamar tingkat agar naik dan turun
tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain games komputer, menganjurkan bermain di luar rumah. Dianjurkan
melakukan aktifitas fisik sedang selama 20-30 menit setiap hari.
c.
Modifikasi perilaku.
Tata laksana diet
dan latihan fisik merupakan komponen yang efektif untuk pengobatan, dan menjadi
perhatian paling besar bagi ahli fisiologi untuk mendapatkan bagaimana
memperoleh perubahan makan dan aktifitas perilakunya. Karena
prioritas utama adalah perubahan perilaku maka perlu menghadirkan peran
orangtua sebagai komponen intervensi.
Beberapa cara pengubahan perilaku tersebut diantaranya
adalah:
a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan,
dan aktifitas fisik, serta mencatat
perkembangannya.
b.
Kontrol
terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton televisi dicegah
untuk tidak makan karena menonton televisi dapat menjadi pencetus makan.
Orangtua diharapkan dapat meniadakan sedapatnya semua stimulus disekitar anak
yang dapat merangsang keinginan untuk makan
c.
Mengubah
perilaku makan, misalnya pasien yang makannya cepat dianjurkan untuk lebih
lambat, belajar mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi, mengurangi
makanan camilan.
d.
Penghargaan
dan hukuman, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan, pujian
terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan anaknya. Misalnya
memakan makanan menu baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat
badan turun, mau melakukan olahraga.
e.
Pengendalian
diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila menghadapi rencana bepergian atau
pertemuan sosial yang memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu
dengan memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan
melakukan latihan tambahan untuk membakar energi.
d.
Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman, dan guru
Faktor yang mempengaruhi obesitas pada remaja adalah
sama seperti pada orang dewasa. Orangtua seringkali memperhatikan bahwa
obesitas adalah hasil dari jenis penyakit endokrin, seperti hipertiroid, tetapi beberapa gangguan
jarang menjadi penyebab. Anak remaja dengan pertambahan berat badan yang
disebabkan oleh gangguan endokrin biasanya berperawakan pendek dan memiliki
tanda lain pada kondisi yang mendasarinya. Kebanyakan remaja yang obesitas
hanya karena makan terlalu banyak dan sedikit berolahraga. Karena stigma
masyarakat melawan obesitas, banyak remaja obesitas memiliki gambar diri kurang
dan menjadi tambah pendiam dan terisolasi secara sosial.
Peran orangtua
dalam mengobati anak telah terbukti efektif dalam penurunan berat badan atau
keberhasilan pengobatan. Orangtua menyediakan nutrisi yang seimbang, rendah
lemak dan sesuai dengan petunjuk ahli gizi. Anggota keluarga ikut
berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang
mendukung keberhasilan anak. Dengan kata lain mereka merupakan bagian dari
keseluruhan program komprehensif tersebut. Guru dan teman sekolah juga
diharapkan ikut mendukung tata laksana obesitas, misalnya memberikan pujian
bila anak yang gemuk berhasil mengikuti program diet atau menurunkan berat
badannya, sebaliknya tidak mengejek anak gemuk.
e.
Terapi intensif
Diterapkan pada
obesitas anak dan remaja yang disertai
penyakit penyerta dan tidak memberikan respons pada terapi konvensional. Terapi
intensif terdiri dari diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
Terapi diet
berkalori sangat rendah diindikasikan jika berat badan >140% BB Ideal
(superobesitas). Protein-sparing modified fast (PSMF) adalah formula diet
berkalori sangat rendah yang paling sering diterapkan. Diet PSMF membatasi
asupan kalori hanya 600-800 kalori/hari. Selain itu dianjurkan mengkonsumsi
protein hewani 1,5-2,5 g/kg berat badan ideal, suplementasi vitamin dan mineral
serta minum lebih dari 1,5 L cairan per hari. Secara umum, diet ini hanya boleh
diterapkan selama 12 minggu dengan pengawasan dokter. Risiko PSMF adalah
terbentuknya batu empedu, hiperurisemia, hipoproteinemia, hipotensi ortostatik,
halitosis dan diare.
Secara umum
farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu penekan nafsu
makan misalnya sibutramin, penghambat absorbsi zat-zat gizi misalnya orlistat,
dan kelompok lain-lain termasuk leptin, octreotide, dan metformin. Belum
tuntasnya penelitian tentang efek jangka panjang penggunaan farmakoterapi
obesitas pada anak, menyebabkan belum ada satupun farmakoterapi tersebut diatas
yang dijinkan pemakaiannya pada anak oleh U.S. Food and Drug Administration
sampai saat ini .
Terapi bedah
diindikasikan jika berat badan > 200% BB ideal. Prinsipnya ada dua, yang
pertama adalah untuk mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat
pengosongan lambung. dengan cara gastric
banding dan vertical-banded
gastroplasty. Prinsip kedua adalah mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian
akhir usus halus. Sampai saat ini belum cukup banyak diteliti manfaat serta
bahaya pembedahan jika diterapkan pada anak .
Intervensi untuk remaja
yang obesitas harus memfokuskan pada pembentukan makanan kesehatan dan
kebiasaan berolahraga dibandingkan menghilangkan berat badan dalam jumlah
tertentu. Asupan kalori dikurangi dengan mempertahankan makanan seimbang pada
makanan hari-hari, membuat perubahan tetap pada kebiasaan makan, dan
meningkatkan aktifitas fisik. Camp musim panas untuk remaja obesitas biasanya
membantu mereka menghilangkan jumlah berat badan yang signifikan, namun tanpa
usaha melanjutkan, berat badan biasanya kembali lagi. Konseling membantu remaja
menghadapi masalah mereka, termasuk kurang mengagumi diri sendiri, bisa
membantu.
Obat-obatan yang mengurangi berat badan biasanya
tidak digunakan selama remaja karena memperhatikan mengenai keselamatan dan
kemungkinan penyalahgunaan. Salah satu pengecualian untuk remaja obesitas
dengan sejarah kesehatan keluarga yang kuat pada diabetes jenis 2 ; mereka yang
beresiko tinggi terkena diabetes. Obat metformin, yang digunakan untuk
mengobati diabetes, bisa membantu mereka menghilangkan berat badan dan juga
memperkecil resiko menjadi diabetes.
5.5. KONSEP KELUARGA DAN GAYA HIDUP
SEHAT.
5.1.
Konsep Keluarga (Peran Keluarga).
Prinsip
penatalaksanaan Obesitas adalah mengurangi asupan energi dan meningkatkan
pengeluaran energi. Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan aktivitas
fisik, memodifikasi perilaku, dan yang terpenting adalah keterlibatan keluarga
dalam proses terapi.
Untuk
mengatur diet, yang perlu diperhatikan adalah pemberian diet yang seimbang
sesuai dengan Recommended Dietary
Allowance (RDA), dengan cara menintervensi diet anak. Salah satu contoh
cara pengaturan diet untuk anak yaitu the
traffic light diet. Pada program ini terdapat tiga golongan makanan, yaitu:
1. Green
food. Makanan rendah kalori dan rendah lemak yang boleh dikonsumsi dengan
bebas.
2. Yellow
food. Makanan rendah lemak namun dengan kalori sedang yang boleh dimakan namun
terbatas.
3. Red
food. Makanan mengandung lemak dan kalori kadar tinggi yang tidak boleh dimakan
sama sekali atau hanya seminggu sekali.
Dalam
pengaturan kalori yang perlu diperhatikan adalah:
1. Kalori
yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.
2. Diet
seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30%, dan protein 15-20%.
3. Diet
tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan melalui jalur intrinsik,
hormonal dan kolonik.
Untuk
pengaturan aktivitas fisik, cara yang dilakukan adalah latihan dan meningkatkan
aktivitas harian. Aktivitas fisik berpengaruh bermakna terhadap penggunaan
energi. Peningkatan aktivitas pada anak gemuk bisa menurunkan nafsu makan dan
meningkatkan laju metabolisme. Latihan aerobik teratur yang dikombinasikan dengan
pengurangan asupan energi akan menghasilkan penurunan berat badan yang lebih
besar dibandingkan hanya dengan diet biasa. Latihan fisik yang diberikan pada
anak disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik, dan
umurnya. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan, misalnya berjalan kaki atau
bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar naik-turun tangga,
mengurangi lama menonton televisi, atau bermain games komputer, menganjurkan
bermain di luar rumah.
Peran serta orangtua,
anggota keluarga, teman, dan guru telah terbukti efektif dalam penurunan berat
badan atau keberhasilan terapi. Peran tersebut dapat berupa:
1.
Menyediakan nutrisi yang sesuai dengan petunjuk ahli gizi.
2.
Berpartisipasi mendukung program diet.
3.
Memberikan pujian bila anaknya berhasil menurunkan berat badannya.
Untuk
modifikasi perilaku, tatalaksana diet dan aktivitas fisik merupakan komponen
yang efektif untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling penting bagi ahli
fisiologi untuk mendapatkan bagaimana memperoleh perubahan makan dan aktivitas
perilakunya. Beberapa cara perubahan perilaku tersebut diantaranya:
1. Pengawasan terhadap berat badan, masukan makanan,
dan aktivitas fisik serta mencatat perkembangannya.
2. Kontrol terhadap rangsangan stimulus.
3. Mengubah perilaku makan.
4. Penghargaan dan hukuman dari orangtua.
5. Pengendalian diri.
Pada program manajemen berat badan,
terapi diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini harus dimasukkan
ke dalam status pasien overweight. Hal ini bertujuan untuk membuat defisit 500
hingga 1000 kcal/hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program
penurunan berat badan apapun.
Sebelum menganjurkan defisit kalori
sebesar 500 hingga 1000 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi basal
dengan menggunakan rumus dari Harris-Benedict :
·
Laki-laki :
BMR = 66,5 + (13,75 x kg) + (5,003 x cm) – (6,775 x
age)
·
Wanita :
BMR = 655,1 + (9,563 x kg) + (1,85 x cm) – (4,676 x
age)
Kemudian hasil BMR (Basal Metabolic Rate) dikali dengan jumlah faktor
stress dan aktivitas untuk menentukan kebutuhan total kalori, dengan konstanta
berikut:
1. Bila hanya bersantai-santai (sedikit atau tidak ada olahraga): BMR x
1,2
2. Bila aktivitas ringan (olahraga 1-3 hari/minggu): BMR x 1,375
3. Bila aktivitas sedang (olahraga 3-5 hari/minggu): BMR x 1,55
4. Bila aktivitas tinggi (olahraga 6-7 hari/minggu): BMR x 1,725
5. Bila memiliki aktivitas berat (pekerja keras): BMR x 1,9
Maka sebagai anjuran, kalori yang dibutuhkan oleh
pasien pada skenario yaitu
B.E.E = 655,1 + (9,563 x kg) + (1,85 x cm) – (4,676
x age)
=
655,1 + (9,563 x 85) + (1,85 x 160) – (4,676 x 15)
=
655,1 + 812,855 + 296 – 70,14
=
1693,815 x 1,2
=
2032,578 kkal/hari
Lalu diet yang diberikan adalah sekitar 1500
kkal/hari. Dengan demikian, pasien akan mengalami penurunan berat badan ½
sampai 1 kg/minggu(tergantung dari aktivitas) dan penurunan sebesar 10% dalam 6
bulan.
Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan
lazimnya akan melambat dan berat badan menetap karena seiring dengan berat
badan yang berkurang terjadi penurunan energi ekspenditure.
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat
badan selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus terus dilakukan. Jika
dibutuhkan penurunan berat badan lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih
lanjut terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik.
Untuk pasien yang tidak mampu untuk mencapai
penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan kenaikan berat badan lebih
lanjut merupakan tujuan yang paling penting. Pasien seperti ini tetap
diikutsertakan dalam program manajemen berat badan.
5.2.
Gaya Hidup Sehat.
5.2.1.
Pola Konsumsi Gizi Seimbang.
Konsumsi gizi secara seimbang merupakan wujud
perilaku masyarakat yang memahami dan mengonsumsi makanan sesuai dengan konsep
dasar dan pedoman gizi seimbang. Di Indonesia, selama bertahun-tahun tepatnya
sejak 1950, slogan “4 sehat 5 sempurna” menjadi pedoman utama dalam konsumsi
gizi seimbang. Namun, berdasarkan Kongres Gizi Internasional di Roma pada 1992,
direkomendasikan pedoman penting dalam perilaku gizi seimbang. Rekomendasi yang
dianjurkan kepada setiap negara itu dikenal sebagai Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS).
Sosialisasi PUGS pun mulai dilakukan dengan konsep
“4 sehat 5 sempurna” menjadi salah satu bentuk implementasinya, meskipun dalam
perkembangannya tercipta pro dan kontra terhadap konsep “4 sehat 5 sempurna”.
Dalam konsep tersebut, susu dikatakan sebagai “penyempurna” menu 4 sehat.
Konsep ini pun sering diinterpretasikan sebagai pengagungan susu karena
bernilai gizi tinggi, sekaligus penilaian terhadap bahan makanan lain yang
bergizi rendah.
Dengan PUGS, konsep penilaian gizi berdasarkan
pengagungan zat gizi tertentu mendapatkan penyempurnaan. Kualitas gizi makanan
terbentuk dari ketergantungan antar-zat gizi berbagai jenis makanan. Dengan peran
dan fungsi berbeda, perpaduan setiap jenis makanan memberikan asupan gizi yang
seimbang, sekaligus manfaat kesehatan bagi tubuh. Jika menilik asal katanya,
zat gizi harus dapat memberikan manfaat kesehatan. “Gizi” diambil dari bahasa
Arab, Al-gizzai, yang berarti makanan
yang bermanfaat untuk kesehatan.
Pola konsumsi gizi seimbang harus mencakup lima
kelompok gizi utama, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Sebaiknya, kelima zat gizi tersebut dapat terpenuhi dalam jumlah cukup, tidak berlebihan
ataupun kekurangan. Kecukupan zat gizi hanya dapat terpenuhi dengan mengatur
komposisi berbagai jenis bahan makanan. Secara alami, setiap jenis makanan
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam hal kandungan gizinya.
Oleh karena itu, asupan gizi seimbang tidak dapat
diperoleh hanya dari satu jenis makanan, melainkan harus dibuat kombinasi aneka
bahan makanan sehingga kandungan gizi setiap jenis makanan saling melengkapi.
Misalnya, agar dapat terserap tubuh secara optimal, vitamin A memerlukan lemak
sebagai pelarut yang mengangkutnya ke seluruh tubuh. Kecukupan vitamin C yang
dibutuhkan tubuh juga digunakan untuk membantu penyerapan zat besi. Selain
kelima gizi utama, proses faal dalam tubuh juga membutuhkan asupan cairan dan
serat yang cukup.
Utuk menerapkan konsumsi gizi seimbang sehari-hari,
PUGS telah menguraikan paduannya dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:
1. Makanlah
aneka ragam makanan.
2. Makanlah
makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
3. Makanlah
sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
4. Batasi
konsumsi lemak dan minyak seperempat dari kecukupan energi.
5. Gunakan
garam beryodium.
6. Makanlah
makanan sumber zat besi.
7. Berikan
Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI eksklusif) kepada bayi sampai umur 6 bulan dan
tambahkan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) setelahnya.
8. Biasakan
sarapan pagi.
9. Minumlah
air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.
10. Lakukan
aktivitas fisik secara teratur.
11. Hindari
minuman beralkohol.
12. Makanlah
makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Bacalah
label pada kemasan.
5.2.2.
7 Pola Hidup Sehat Shinya.
1. Menu
makan yang baik.
a.
85-90% makanan nabati.
·
50% biji-bijian utuh, beras cokelat,
pasta yang terbuat dari gandum utuh, jelai, sereal, roti yang terbuat dari
gandum utuh, dan polong-polongan termasuk kacang kedelai, kacang merah, kacang
garbanzo, lentil, kacang pinto, kacang dara, kacang hitam, putih, dan merah
muda.
·
30% sayuran hijau dan kuning serta
umbi-umbian, termasuk kentang, wortel, ubi jalar dan bit, serta sayuran laut.
·
5-10% buah-buahan, biji, dan kacang.
b.
10-15% protein hewani (tidak lebih dari 85-115 gram per hari).
·
Ikan jenis apa pun, tetapi sebaiknya
ikan kecil karena ikan yang lebih besar mengandung merkuri.
·
Unggas, sedikit saja.
·
Sapi, kambing, domba. Harus dibatasi
atau dihindari.
·
Telur.
·
Susu kedelai, keju kedelai, susu beras,
susu almond.
2. Air
yang baik.
Konsumsi
air yang memiliki kekuatan reduksi yang besar, yang belum terpolusi oleh
zat-zat kimia. Menonsumsi “air yang baik” seperti air mineral atau air sadah,
yang mengandung banyak kalsium dan magnesium, menjaga tubuh pada PH basa yang
optimal.
·
Orang dewasa sebaiknya minum setidaknya
6-10 gelas air setiap hari.
·
Minumlah 1-3 gelas air setelah bangun
tidur pada pagi hari.
·
Minumlah 2-3 gelas air sekitar 1 jam
sebelum setiap waktu makan.
3. Pembuangan
yang teratur.
·
Mulailah suatu kebiasaan harian untuk
menyingkirkan polutan dari usus dan untuk secara teratur membersihkan sistem
tubuh.
·
Jangan gunakan obat pencahar.
·
Jika pergerakan usus lambat atau untuk
menyingkirkan racun dari hati, pertimbangkan untuk menggunakan enema kopi.
Enema kopi lebih baik untuk detoksifikasi usus besar dan untuk detoksifikasi
seluruh tubuh karena tidak melepaskan radikal bebas ke dalam aliran darah,
seperti halnya beberapa metode detoksifikasi yang lain.
4. Olahraga
secukupnya.
·
Olahraga yang sesuai dengan usia dan
kondisi fisik penting untuk kesehatan, tetapi olahraga secara berlebihan dapat
melepaskan radikal bebas dan membahayakan tubuh.
·
Beberapa jenis olahraga yang bagus
adalah berjalan kaki (4 km), berenang, tenis, bersepeda, golf, penguatan otot,
yoga, seni bela diri, dan aerobik.
5. Istirahat
yang cukup.
·
Tidur pada waktu yang sama setiap malam
dan dapatkan 6-8 jam tidur tanpa terputus.
·
Jangan makan 4-5 jam sebelum pergi
tidur. Jika lapar, sepotong kecil buah boleh dimakan 1 jam sebelum tidur karena
buah cepat dicerna.
·
Tidur singkat pada siang hari (sekitar
30-60 menit).
6. Pernapasan.
·
Duduk diam dan amati keluar-masuk
pernafasan.
·
Berpikirlah positif.
·
Tarik napas dalam-dalam dari perut 4
atau 5 kali per jam. Membuang napas harus 2 kali lebih panjang daripada menarik
napasnya. Ini sangat penting karena menarik napas-dalam membantu menyingkirkan
racun dan radikal bebas dari dalam tubuh.
·
Kenakan pakaian longgar yang tidak
menyesakkan napas.
·
Dengarkan tubuh anda sendiri dan
perlakukan diri anda baik-baik.
7. Kebahagiaan
dan cinta.
·
Kebahagiaan dan cinta akan meningkatkan
faktor enzim tubuh, terkadang bagai keajaiban.
·
Luangkan waktu setiap hari untuk sikap
menghargai.
·
Tertawalah, menyanyilah, menarilah.
·
Hiduplah dengan penuh gairah dan hadapi
hidup, pekerjaan, dan orang-orang yang anda cintai dengan sepenuh hati.
Tambahan
mengenai makanan:
1. Berhenti
makan 4-5 jam sebelum tidur.
2. Kunyah
dengan baik dan sempurna setiap suapan (30-50 kali).
3. Jangan
makan pada sela-sela waktu makan kecuali makan buah utuh (sepotong buah utuh
boleh dimakan 1 jam sebelum tidur jika rasa lapar membuat anda tidak bisa tidur
karena buah utuh cepat dicerna).
4. Makan
buah atau minum jus 30-60 menit sebelum waktu makan.
5. Konsumsi
biji-bijian dan sereal utuh yang tidak digiling.
6. Konsumsi
lebih banyak makanan nabati yang mentah atau dikukus sebentar. Memanaskan
makanan lebih dari 48oC akan membunuh enzim.
7. Jangan
makan makanan yang teroksidasi.
8. Konsumsi
makanan fermentasi.
9. Jaga
disiplin dengan makanan yang disantap.
Makanan dan bahan-bahan yang harus
dihindari atau dibatasi dalam menu makan:
1. Susu
sapi dan produk-produk susu sapi seperti keju, yoghurt, produk-produk susu
hewani lainnya.
2. Teh
hijau jepang, teh china, teh hitam inggris (batasi hanya 1-2 cangkir/hari).
3. Kopi.
4. Gula
dan hasil olahan gula.
5. Nikotin.
6. Alkohol.
7. Margarin,
minyak dan lemak hewani (kecuali ikan).
8. Garam
meja biasa (gunakanlah garam laut yang mengandung mineral).
gue pernah baca ttg 4 tipe diet dan mungkin akan menhindari obesitas,,,
BalasHapushttp://udoctor.co.id/artikel
semoga bermanfaat ya.,.